LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

PPPK: Pilih Akuntan Publik (KAP) yang Terbitkan LAI dengan QR Code

Redaksi DDTCNews | Senin, 11 Maret 2024 | 07:30 WIB
PPPK: Pilih Akuntan Publik (KAP) yang Terbitkan LAI dengan QR Code

Surat Edaran No. SE-4/PPPK/2024.

JAKARTA, DDTCNews - Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyampaikan imbauan kepada para pengguna jasa akuntan publik untuk memastikan keabsahan laporan auditor independen (LAI).

PPPK Kemenkeu mengimbau pengguna jasa memilih kantor akuntan publik (KAP) yang menerbitkan LAI dengan kode QR (QR code). Imbauan tersebut disampaikan melalui Surat Edaran No. SE-4/PPPK/2024.

“PPPK menekankan bahwa imbauan ini berlaku untuk para pengguna laporan keuangan auditan yang telah memperoleh opini dan ditandatangani oleh akuntan publik serta diterbitkan oleh KAP atau cabang KAP,” jelas Kepala PPPK Kemenkeu Erawati dalam Siaran Pers No. SP-11/KLI/2024.

Baca Juga:
DJP Segera Mulai Uji Coba Pelaporan Keuangan Berbasis XBRL Tahap II

Terbitnya SE tersebut, sesuai dengan keterangan resmi dalam siaran pers tersebut, bertujuan untuk memastikan keabsahan LAI yang diterbitkan oleh KAP. Simak pula ‘PPPK Rilis Surat Edaran Soal Keabsahan Laporan Auditor Independen’.

SE tersebut juga untuk memberikan panduan yang jelas kepada para pengguna laporan keuangan auditan. Panduan itu terkait dengan kepastian legalitas dan keabsahan LAI yang digunakan dalam pengambilan keputusan.

Sesuai dengan SE-4/PPPK/2024, pengguna jasa akuntan publik perlu melakukan konfirmasi ke PPPK terkait dengan keabsahan LAI yang diterbitkan KAP. Hal ini untuk memitigasi kemungkinan adanya LAI yang diterbitkan akuntan publik atau KAP yang tidak memiliki izin resmi dari menteri keuangan.

Baca Juga:
Paling Lambat Akhir Bulan Ini, Laporan Tahunan Kantor Akuntan Publik

Pentingnya konfirmasi keabsahan LAI ditunjukkan dengan tata cara konfirmasi yang jelas. Pengguna diminta untuk melakukan pemindaian kode QR pada LAI, mengklik tautan hasil pindai untuk masuk ke alamat website (URL) resmi https://pelita.kemenkeu.go.id.

Selanjutnya, pengguna harus memeriksa dengan cermat informasi-informasi penting pada LAI, seperti nama KAP, nama klien, periode laporan keuangan, nomor LAI, tanggal LAI, akuntan publik penanggung jawab, opini, total aset, dan laba/rugi bersih.

Otoritas mengatakan SE-4/PPPK/2024 merupakan inisiatif baru dari PPPK sebagai upaya untuk memitigasi potensi penyalahgunaan kode QR.

Baca Juga:
WP Bisa Dapat SP2DK atau Diperiksa Jika Data Konkret segera Daluwarsa

“Meskipun sebelumnya telah ada Surat Edaran SE-4/PPPK/2021 yang membahas pendaftaran dan pencantuman kode QR pada laporan auditor independen, SE terbaru ini memiliki tujuan dan fokus yang berbeda, bukan sekadar sebagai pembaruan dari SE tahun 2021,” tulis Kemenkeu.

Menurut otoritas, SE-4/PPPK/2024 membawa perubahan signifikan dengan memuat ketentuan terkait dengan penerbitan LAI yang dilengkapi dengan kode QR. Dengan diterbitkannya SE ini, PPPK berharap ada manfaat menyeluruh yang dirasakan pengguna jasa dan KAP.

“Pengguna jasa yang memilih KAP tanpa menerbitkan LAI dengan kode QR berpotensi menghadapi kesulitan dalam melakukan verifikasi kredibilitas laporan keuangan entitas,” imbuh Kemenkeu dalam siaran pers tersebut.

Baca Juga:
PPPK Bakal Gelar USKP A Sebanyak 3 Kali pada Tahun Ini, USKP B Sekali

Seiring dengan ketentuan peraturan yang berlaku, KAP yang belum atau tidak menerbitkan LAI dengan kode QR dapat dikenai sanksi. Adapun sanksi itu berupa pembekuan izin selama periode minimal 1 tahun dan maksimal 2 tahun sesuai dengan PMK 186/2021.

“Sanksi ini, selain berdampak pada reputasi KAP, juga berpotensi menyebabkan kehilangan kepercayaan dari klien dan pemangku kepentingan,” tulis Kemenkeu. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Minggu, 28 April 2024 | 09:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

DJP Segera Mulai Uji Coba Pelaporan Keuangan Berbasis XBRL Tahap II

Sabtu, 30 Maret 2024 | 09:45 WIB BERITA PAJAK SEPEKAN

WP Bisa Dapat SP2DK atau Diperiksa Jika Data Konkret segera Daluwarsa

Selasa, 26 Maret 2024 | 14:01 WIB KONSULTAN PAJAK

PPPK Bakal Gelar USKP A Sebanyak 3 Kali pada Tahun Ini, USKP B Sekali

BERITA PILIHAN
Minggu, 28 April 2024 | 15:30 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Ditjen Imigrasi Luncurkan Bridging Visa bagi WNA, Apa Fungsinya?

Minggu, 28 April 2024 | 14:30 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Peta Aksesi Keanggotaan OECD Terbit, Pemerintah RI Siap Lakukan Ini

Minggu, 28 April 2024 | 14:00 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Tak Sepakat dengan Tagihan Bea Masuk, Importir Bisa Ajukan Keberatan

Minggu, 28 April 2024 | 13:30 WIB PERPRES 56/2024

Perpres Resmi Direvisi, Indonesia Bisa Beri Bantuan Penagihan Pajak

Minggu, 28 April 2024 | 13:00 WIB PENERIMAAN NEGARA

Didorong Dividen BUMN, Setoran PNBP Tumbuh 10 Persen pada Kuartal I

Minggu, 28 April 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK DAERAH

Ada UU DKJ, Tarif Pajak Hiburan Malam di Jakarta Bisa 25-75 Persen

Minggu, 28 April 2024 | 12:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Bukti Potong 1721-A1 Tak Berlaku untuk Pegawai Tidak Tetap

Minggu, 28 April 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Cakupan Penghasilan Pegawai Tetap yang Dipotong PPh Pasal 21

Minggu, 28 April 2024 | 10:30 WIB KEBIJAKAN FISKAL

KEM-PPKF 2025 Sedang Disusun, Begini Catatan DPR untuk Pemerintah