Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti dalam acara Webinar Outlook Pembangunan 2021, Selasa (22/12/2020). (foto: hasil tangkapan layar)
JAKARTA, DDTCNews – Bappenas menyebutkan Indonesia setidaknya memerlukan aliran investasi hingga lebih dari Rp5.000 triliun untuk mengejar target proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun depan.
Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional 2021 dipatok 4,5%-5,5%. Untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi tersebut, sambungnya, Indonesia memerlukan investasi Rp5.817,3 triliun-Rp5.912,1 triliun.
"Proses pemulihan ekonomi membutuhkan investasi besar untuk tahun depan," katanya dalam acara webinar Outlook Pembangunan 2021, Selasa (22/12/2020).
Untuk memenuhi kebutuhan investasi tersebut, lanjutnya, Indonesia mengandalkan sektor swasta baik investasi asing maupun investasi dari dalam negeri. Swasta diproyeksikan menyediakan kebutuhan investasi 2021 berkisar pada angka 84%-90% dari total kebutuhan investasi.
Sementara itu, investasi yang bersumber dari anggaran pemerintah pusat dan daerah pada tahun depan diproyeksikan berkisar pada rentang 5%-7%. Lalu, belanja modal BUMN diprediksi menyumbang 4,9%-8,1% dari total kebutuhan investasi.
"Arus investasi global akan mengalami peningkatan tapi tidak akan setinggi satu dekade terakhir sebelum pandemi," tutur Amalia.
Meski begitu, untuk menarik investasi asing pada tahun depan tidaklah mudah. Oleh karena itu, peran investasi dari dalam negeri diharapkan bisa meningkat drastis. Saat ini, pemerintah sudah memiliki modal untuk menjawab tantangan tersebut.
Salah satu modal tersebut adalah penerapan UU Cipta Kerja yang akan memberikan kepastian hukum berusaha dan berinvestasi. Selain itu, iklim ketenagakerjaan juga akan mendukung iklim investasi, ditambah dengan pelayanan prima OSS, insentif fiskal, dan nonfiskal.
Amalia menilai kompetisi dalam menarik investasi akan cenderung meningkat tahun depan. Arah investasi juga diprediksi akan berorientasi pada sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur yang high return dan investasi untuk pengembangan ekonomi hijau yang rendah karbon.
"Jadi arah investasi akan lebih kepada riset dan adopsi teknologi sebagai mesin dalam meningkatkan produktivitas," ujarnya. (rig)