Editor DDTCNews Sapto Andika Candra dalam webinar rangkaian acara Taxplore UI 2024.
JAKARTA, DDTCNews – Kebiasaan membaca merupakan kunci agar mahir dalam menulis sebuah artikel. Selain itu, kemampuan menulis bisa dibentuk dari kebiasaan kecil lainnya, seperti menulis status di media sosial.
Editor DDTCNews Sapto Andika Candra mengatakan menulis dan membaca sangat berkaitan erat. Hal ini lantaran aktivitas membaca bisa menjadi sumber ide, memperkaya kosa kata, sekaligus media belajar struktur kalimat. Untuk itu, kebiasaan membaca bisa menjadi bekal untuk menulis.
“Teman-teman bisa lebih dekat lagi dengan aktivitas membaca. Karena, membaca dan menulis itu sibling. Penulis yang andal biasanya lahir dari pembaca yang andal. Menulis pada dasarnya merupakan kegiatan merangkai kata kita dapat dari membaca,” ujar Sapto, dalam workshop article writing fair bagian dari TAXPLORE UI 2024, dikutip pada Sabtu (10/8/2024).
Sumber bahan bacaan tersebut, sambung Sapto, bisa berasal dari berbagai karya. Mulai dari novel, buku pembelajaran, berita, opini di koran atau majalah, dan sumber referensi lainnya. Ia menyebut semakin banyak referensi yang dibaca maka akan mempermudah seseorang dalam menuliskan idenya.
Sapto menambahkan terdapat beragam teknik dan gaya penulisan. Teknik dan gaya penulisan tersebut tergantung pada jenis artikel serta segmentasi pembaca. Menurutnya, untuk artikel populer maka dibutuhkan bahasa yang mudah dipahami dan disertai dengan data yang kredibel.
Selain itu, Sapto berpesan untuk sering melihat pedoman penulisan, yaitu ejaan yang disempurnakan (EYD) edisi kelima dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dia juga menekankan pentingnya membedakan antara bahasa lisan dengan bahasa tulisan.
“Bagaimanapun juga kemampuan menulis terkait erat dengan jam terbang. Tapi, dengan jam terbang yang terbatas atau belum terbiasa menulis maka bisa dimulai dengan membaca dulu. Semakin sering membaca dan semakin pandai melihat fenomena sekitar maka makin mudah untuk menuangkan ide dalam artikel,” imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Sapto juga menguraikan 3 langkah penting dalam menulis artikel. Pertama, cari ide dan kumpulkan bahan pendukung. Ia menyatakan penggalian ide menjadi tahap paling menantang dalam proses menulis.
Kendati demikian, ide tetap harus diburu. Sapto memberikan 5 jurus jitu untuk mencari ide, yaitu dari pengalaman diri sendiri, hasil merenung, bahan bacaan atau tontonan, kisah hidup orang lain, serta bertanya kepada orang yang lebih ahli.
Kedua, mulai menulis. Sapto menjelaskan proses menulis didahului dengan memahami struktur serta menyusun materi dengan singkat dan langsung pada inti. Ketiga, perbaiki dan baca lagi. Editor DDTCNews ini memberikan tips agar penulis memberi jeda terlebih dahulu sebelum melakukan koreksi.
“Setelah dapat ide, cari bahan pendukung, lalu jangan ragu untuk memulai menulis. Setelah itu, kasih jeda baru baca lagi. Intinya, jangan takut untuk belajar menulis,” pungkasnya.
Kepala Departemen Ilmu Administrasi Fiskal Inayati dalam closing statementnya menyatakan materi pembalajaran workshop kali ini bisa menjadi bekal untuk berkarya. Ia juga sependapat akan pentingnya kebiasaan membaca, terutama di era masifnya informasi pendek berupa video yang tersebar di media sosial.
“Semoga materi hari ini bisa menjadi trigger untuk teman-teman berkarya. Membacalah kalau ingin bisa menulis karena orang hanya bisa memberikan apa yang dimiliki. Jadi, teman-teman tidak bisa menulis kalau tidak membaca,” pesannya.
Adapun workshop bertajuk Elevating Authorship Skills: Optimizing Your Potential Through Competitive Opportunities merupakan bagian dari Article Writing Fair. Acara ini sekaligus pre-event Taxplore 2024 yang digelar Kelompok Studi Ilmu Administrasi Fiskal (Kostaf) Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI). (sap)