Ilustrasi. Pekerja melakukan uji coba pada mesin pengolah makanan otomatis buatannya sebelum di ekspor ke Australia, Myanmar dan Malaysia di sebuah industri manufaktur sub sektor mesin di Purwantoro, Malang, Jawa Timur, Selasa (23/6/2020). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/hp)
JAKARTA, DDTCNews – IHS Markit mencatat Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Desember 2020 mampu mencapai angka 51,3 lebih baik dari November yang berada pada zona optimis 50,6.
Direktur Ekonomi IHS Markit Andrew Harker mengatakan tren perbaikan sektor manufaktur pada penghujung 2020 masih terus berlanjut didukung oleh pertumbuhan pemesanan baru dan output yang meningkat secara signifikan.
"Data PMK terbaru menunjukkan kenaikan 2 bulan berturut-turut pada output dan pesanan baru. Jalan masih panjang mengingat gangguan yang disebabkan pandemi, tetapi produsen setidaknya yakin dengan prospek 2021," katanya dalam keterangan resminya, Senin (4/1/2021).
Pelaku sektor manufaktur yang disurvei oleh IHS Markit menyatakan permintaan domestik baru mengalami peningkatan dalam dua bulan terakhir. Meski demikian, ekspor tercatat masih mengalami kontraksi.
Meski terdapat pertumbuhan dari sisi permintaan dan output, IHS Markit mencatat sektor manufaktur masih belum sepenuhnya menggunakan kapasitas produksinya. Tenaga kerja yang dipekerjakan oleh sektor manufaktur juga masih menurun.
"Tingkat kapasitas di sektor manufaktur begitu rendah sehingga terjadi penurunan ketenagakerjaan lebih lanjut. Lalu, gangguan rantai pasok yang meluas menghambat upaya untuk mengamankan bahan baku. Perusahaan berharap aspek ini akan membaik awal 2021," tulis Harker.
Selain itu, kesulitan sektor manufaktur dalam memperoleh bahan baku menyebabkan harga barang input meningkat tajam. Berdasarkan catatan IHS Markit, inflasi biaya input pada Desember yang tertinggi sejak November 2018.
Akibatnya, harga output meningkat tajam karena perusahaan memilih untuk membebankan kenaikan biaya input kepada konsumen. (rig)