Ilustrasi kilang minyak. (foto: pertamina.com)
JAKARTA, DDTCNews - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali menyoroti realisasi lifting minyak dan gas bumi (migas) yang rendah.
Sri Mulyani mengatakan realisasi lifting migas masih jauh di bawah asumsi pada APBN 2025. Menurutnya, realisasi lifting minyak bumi bahkan lebih rendah dari tahun lalu sehingga mempengaruhi kinerja APBN.
"Dibandingkan tahun lalu, realisasi ini mirip atau sangat dekat, tetapi relatif cenderung lebih rendah lagi," katanya dikutip pada Sabtu (3/5/2025).
Sri Mulyani mengatakan realisasi lifting minyak bumi pada Maret 2025 hanya 573.900 barel per hari, di bawah asumsi pada UU APBN 2025 yakni 605.000 barel per hari. Angka tersebut juga lebih rendah dari realisasi pada 2024 sebanyak 579.700 barel per hari.
Kemudian untuk lifting gas bumi, tercatat 985.700 barel setara minyak per hari, di bawah asumsi pada APBN 2025 sebanyak 1,00 juta barel setara minyak per hari. Angka ini sedikit lebih tinggi dari realisasi tahun lalu sebanyak 978.800 barel setara minyak per hari.
Realisasi lifting migas ini berkaitan erat dengan APBN. Sebab, asumsi lifting migas juga menjadi dasar dalam penetapan target pendapatan perpajakan dan PNBP.
Pendapatan negara hingga Maret 2025 tercatat senilai Rp516,1 triliun atau terkontraksi 16,75%. Realisasi tersebut setara 17,2% dari target Rp3.005,13 triliun.
"Ini menjadi salah satu hal di mana Pertamina maupun KKKS, yaitu mereka yang memegang konsesi untuk eksplorasi minyak dan gas, untuk bisa terus meningkatkan produksi dan lifting minyak," ujar Sri Mulyani.
Terpisah, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia masih optimistis realisasi lifting minyak bumi pada 2025 mampu melampaui target pada APBN.
Dia menyebut peningkatan lifting migas menjadi prioritas Pemerintah, sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto dalam Asta Cita yang menargetkan swasembada energi. Prabowo juga telah menetapkan target strategis bagi produksi minyak nasional. (dik)