DDTC ACADEMY - EXCLUSIVE WEBINAR

Hilangkan Stres, Praktisi Pajak Pelajari Humor untuk Terapi Diri

DDTC Academy
Selasa, 25 Juni 2024 | 15.45 WIB
Hilangkan Stres, Praktisi Pajak Pelajari Humor untuk Terapi Diri

Founder DDTC Danny Septriadi (kanan) dan Peneliti Humor IHIK3 Ulwan Fakhri.

“Humor bisa menjauhkan kita dari kecemasan (anxiety).”

Kalimat itu dituliskan John Morreall dalam bukunya, Taking Laughter Seriously (1983, h.128). Profesor dan peneliti humor tersebut beralasan, humor dapat membiasakan kita untuk menghadapi hal-hal yang tidak terduga atau tidak sesuai dengan ekspektasi di kepala. 

Aplikasi riilnya sederhana saja. Makin kita terbiasa mengonsumsi humor dan terpapar dengan beragam twist atau punchline dari joke komedian, kartun, video dan film komedi, atau format lainnya; kita tidak akan merasakan guncangan berlebihan ketika menjalani kehidupan sehari-hari yang penuh kejutan.

Poin tersebut menjadi pijakan Danny Septriadi, Founder DDTC, dalam membuka seminar daring Strategi Haha-Hihi untuk Resiliensi Praktisi Pajak, Sabtu (22/6/24). Kesukaannya mengonsumsi humor sejak dulu serta pelajaran yang dia dapat selama 3 tahun untuk meraih Certified Humor Professional (CHP) dari Association for Applied and Therapeutic Humor (AATH) membuatnya kian yakin bahwa humor turut berperan dalam menguatkan mentalnya selama 30 tahun menjadi praktisi pajak.

"Dari para mentor di AATH dan beragam buku kajian humor, saya tahu bahwa semua tragedi itu bisa jadi komedi dengan timing yang pas. Ini mirip dengan salah satu konsep pajak, yakni perbedaan waktu dan perbedaan tetap (timing difference and permanent difference)," pesan Danny. 

Dari konsep tersebut, Danny melanjutkan, kita harus yakin bahwa semua problem dalam hidup –termasuk masalah dalam pekerjaan sebagai praktisi pajak– sebenarnya hanya sementara. Jangan sampai, sambungnya, problem yang sementara ini diselesaikan dengan solusi yang permanen.

Pada kesempatan ini, Danny dibantu oleh Ulwan Fakhri (peneliti humor IHIK3) dalam memandu para peserta webinar agar mau menjadikan humor sebagai habit atau kebiasaan. Dua orang pionir Certified Humor Professional dari Indonesia itu memulai lebih dulu dengan memaparkan hasil pra-asesmen gaya humor (humor style) dari tiap peserta. Dari asesmen yang dikonsep Profesor Psikologi Rod Martin ini, dapat terlihat secara umum apakah para peserta punya kecenderungan menggunakan humor untuk memulihkan mentalnya sendiri.

Kemudian, peserta dikenalkan dengan pentingnya play atau bermain bagi orang dewasa berdasarkan buku Playful Learning: Events and Activities to Engage Adults (Whitton & Moseley - 2019, h.15-17). Ketika dikenalkan dengan ragam kategori play ini, dari imaginative hingga risky play, ternyata beberapa di antara mereka mengaku masih tetap bermain, kendati bukan anak-anak lagi. Ada yang masih menikmati bermain LEGO, suka seru-seruan di karaoke, ber-storytelling, hingga rutin bermain badminton bersama teman-teman.

Kedua fasilitator melanjutkan dengan mengenalkan sejumlah teknik aplikasi humor sederhana yang berfungsi untuk menguatkan mental. Satu contohnya adalah bagaimana kita bisa mendinginkan stres di kepala berdasarkan tips dari buku Play Your Way Sane: 120 Improv-Inspired Exercises to Help You Calm Down, Stop Spiraling, & Embrace Uncertainty (Drinko, 2019).

Seorang peserta berinisial W mulanya menulis bahwa salah satu hal yang pernah atau sedang dirisaukannya adalah deg-degan kalau pagi-pagi dapat WA dari AR. Saat diminta untuk menambahkan kontradiksi demi menetralkan situasi tersebut, dia memilih untuk mendinginkan pikirannya sejenak lewat pernyataan, "Deg-degan kalo pagi-pagi dapat WA dari AR, tapi ternyata dia hanya menyampaikan terima kasih sekaligus menginformasikan kalau (yang bersangkutan) dimutasi".

Ada pula praktisi pajak berinisial A yang berhasil membuat contoh bagus melalui pernyataan,  “SPT belum pembetulan, SP2 sudah terbit. Setidaknya, masih bisa pengungkapan ketidakbenaran. Tenang saja!”

Dalam sesi lain, para peserta juga dipersilakan untuk saling berbagi pengalaman tragisnya yang terdahulu seputar pekerjaan. Yang paling menarik, L, seorang praktisi pajak, pernah mengungkapkan bahwa dirinya pernah lembur hingga larut malam demi menyelesaikan deadline. Pada saat sedang fokus, dia mendengar ada suara gelas yang sedang diaduk dari arah pantri, padahal hanya dia sendirian yang tersisa di kantor. 

Karena sudah tidak punya energi untuk takut, dalam hatinya, L cuma bisa bilang, “Aduh jangan ganggu dong, saya capek! Mending bantuin selesaikan pekerjaan saya saja!”

Secara keseluruhan, webinar berdurasi 2,5 jam ini cukup dipadati dengan tawa. Sebanyak 13 peserta membuktikan kebenaran konsep dari Karyn Buxman, mentor AATH dan penulis buku Lead with Levity: Strategic Humor for Leaders (2016). Katanya, humor itu berisiko kalau memang kita berusaha menjadi lucu, tetapi tidak kalau kita hanya berusaha melihat kelucuan sehari-hari (see the funny, not being funny).

Terbukti, para peserta bisa saling menghibur tanpa sengaja melucu atau membuat joke seperti komika. Cukup dengan melihat kelucuan-kelucuan yang pernah mereka alami sendiri.

Di samping itu, para peserta pun mengaku mendapatkan insight dan wawasan baru tentang bagaimana menggunakan humor untuk resiliensi diri. Tentu saja, ini menjadi feedback penting bagi DDTC Academy untuk lebih gencar lagi mengampanyekan pentingnya praktisi pajak Indonesia melengkapi technical skill-nya dengan life skills, misalnya komunikasi, resiliensi, berpikir kritis, serta berpikir kreatif. (sap)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.