Ilustrasi. Warga mengantri di luar pusat vaksinasi masal untuk mereka yang berusia 18 tahun ke atas di Stadium Tottenham Hotspur, di tengah pandemi penyakit virus korona (COVID-19), di London, Britain, Minggu (20/6/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Henry Nicholls/hp/cfo
WASHINGTON D.C., DDTCNews - International Monetary Fund (IMF) merevisi laju pertumbuhan ekonomi antara negara maju dan negara berkembang seiring dengan pelaksanaan vaksin Covid-19 yang masih berjalan sampai dengan saat ini.
Dalam World Economic Outlook edisi Juli 2021 yang diberi judul Fault Lines Widen in the Global Recovery, IMF memperkirakan perekonomian negara maju akan tumbuh 5,6% pada tahun ini, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 5,1%.
Sebaliknya, proyeksi pertumbuhan ekonomi negara berkembang pada tahun ini dipangkas menjadi 6,3% atau lebih rendah 0,4% poin persentase dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya yang dirilis pada April 2021.
"Prospek negara berkembang direvisi turun untuk 2021, khususnya untuk negara-negara berkembang di Asia. Perubahan proyeksi ini sejalan dengan perkembangan pandemi dan perubahan kebijakan berbagai negara," tulis IMF dalam laporannya, dikutip Rabu (28/7/2021).
Menurut IMF, pelaksanaan vaksinasi di negara maju jauh lebih baik ketimbang negara berkembang. Di negara maju, sekitar 40% masyarakat sudah divaksin. Sementara itu, hanya 11% penduduk negara berkembang yang sudah mendapatkan vaksin.
"Akses terhadap vaksin merupakan faktor yang membedakan negara maju dan negara berkembang sehingga terdapat beberapa negara yang masih akan menghadapi peningkatan jumlah kasus dan kematian akibat Covid-19," tulis IMF.
Tak hanya itu, dukungan fiskal yang diberikan pemerintah di negara berkembang juga tidak seoptimal negara maju. IMF mencatat negara maju seperti AS, Prancis, Jerman, Italia, Korea Selatan, dan Inggris tetap mampu melanjutkan pemberian stimulus fiskal.
Sementara itu, negara-negara berkembang tercatat ada yang mulai melakukan konsolidasi fiskal dan moneter. "Misal, seperti Brazil, Hungaria, Meksiko, Rusia, dan Turki mulai menormalisasi kebijakan moneter untuk mencegah tekanan harga," tulis IMF.
Khusus untuk Indonesia, IMF memperkirakan perekonomian Indonesia hanya mampu tumbuh sebesar 3,9% pada tahun ini, atau terkoreksi sebesar 0,4 poin persentase bila dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya.
Berkaca pada ketimpangan pelaksanaan vaksin tersebut, IMF menegaskan pentingnya kerja sama multilateral untuk menekan divergensi pemulihan ekonomi dan meningkatkan prospek pemulihan ekonomi global.
Menurut IMF, aspek yang paling penting untuk memulihkan perekonomian secara global adalah pendistribusian vaksin secara merata guna mencapai herd immunity secara global.
Untuk menciptakan pemulihan ekonomi yang berjalan beriringan antara negara maju dan negara berkembang, 40% dari populasi global harus menerima vaksin pada 2021 dan 60% sisanya harus menerima vaksin sebelum pertengahan tahun 2022. (rig)