Ilustrasi.
JAKARTA, DDTCNews - Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh sebesar 4,7% pada tahun ini dan tahun depan.
OECD menjelaskan perekonomian Indonesia pada tahun ini akan mengalami pertumbuhan seiring dengan konsumsi yang pulih dan ekspor komoditas yang meningkat. Meski demikian, daya beli masyarakat masih akan terhambat inflasi.
"Kenaikan inflasi telah meredam daya beli konsumen dan permintaan atas barang tahan lama [durable goods]," tulis OECD dalam Economic Outlook yang dirilis, Kamis (9/6/2022).
OECD mencatat penjualan barang-barang tahan lama seperti sepeda motor mengalami perlambatan pada kuartal I/2022. Dalam proyeksi OECD, inflasi Indonesia pada 2022 dan 2023 akan mencapai 3,8% atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Tahun ini, inflasi harga jasa transportasi serta makanan dan minuman tercatat tumbuh paling cepat dibandingkan dengan inflasi kelompok komoditas lainnya.
Kemudian, tingkat pengangguran tercatat sudah mengalami penurunan. Meski demikian, penghasilan yang diterima rumah tangga masih lebih rendah bila dibandingkan dengan sebelum pandemi Covid-19.
Ke depan, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis dan keyakinan investor menjelang diselenggarakannya pemilihan presiden (pilpres) pada 2024.
Kenaikan harga komoditas dan pangan global juga memberikan risiko atas perekonomian dan APBN akibat tingginya anggaran subsidi yang dibutuhkan untuk mempertahankan harga.
Namun, reformasi perpajakan dan kebijakan ketenagakerjaan yang dilakukan pada 2020 dan 2021 akan menciptakan iklim investasi yang lebih baik pada tahun ini dan tahun depan. (rig)