Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (tengah) bersama Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu (kiri), Suahasil Nazara (kedua kiri), Thomas A. M. Djiwandono (kedua kanan), dan Sekretaris Jenderal Heru Pambudi (kanan). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/tom.
JAKARTA, DDTCNews - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut Indonesia masih harus berjuang untuk meningkatkan lifting minyak dan gas (migas).
Sri Mulyani mengatakan realisasi lifting migas masih jauh lebih rendah dari asumsi pada APBN 2024. Kondisi ini berdampak pada penerimaan negara, baik perpajakan maupun penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
"Kami masih struggle dengan lifting minyak dan gas yang masih di bawah asumsi APBN," katanya saat rapat kerja bersama Komisi XI DPR, dikutip pada Jumat (15/11/2024).
Sri Mulyani menuturkan realisasi lifting minyak pada Oktober 2024 hanya 574.3000 barel per hari. Sementara itu, asumsi lifting minyak pada UU APBN sebesar 635.000 barel per hari.
Untuk lifting gas, tercatat 975.900 barel setara minyak per hari. Adapun asumsi lifting gas pada APBN 2024 mencapai 1,03 juta barel setara minyak per hari.
Menurut Sri Mulyani, realisasi lifting migas memiliki keterkaitan erat dengan APBN. Hal ini dikarenakan asumsi lifting migas juga menjadi dasar dalam penetapan target pendapatan perpajakan dan PNBP.
Hingga Oktober 2024, realisasi pendapatan negara mencapai Rp2.247,5 triliun, turun 0,3% dari periode yang sama tahun lalu. Adapun realisasi pendapatan negara tersebut setara dengan 80,2% dari target pada APBN senilai Rp2.847,5 triliun.
Penurunan lifting migas pada gilirannya berdampak terhadap kinerja penerimaan PPh migas yang turun 8,9%. Selain itu, realisasi PNBP SDA migas juga terkontraksi sebesar 4%. (rig)