KINERJA FISKAL

Jelang Tutup Buku, Menkeu Soroti Realisasi Belanja Pemda yang Rendah

Dian Kurniati | Selasa, 23 November 2021 | 12:30 WIB
Jelang Tutup Buku, Menkeu Soroti Realisasi Belanja Pemda yang Rendah

Menteri Keuangan Sri Mulyani. (tangkapan layar)

JAKARTA, DDTCNews - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti realisasi belanja APBD yang masih rendah jelang tutup buku 2021.

Realisasi belanja APBD hingga Oktober 2021 tercatat hanya Rp730,13 triliun atau 59,62% dari pagu Rp1.224,74 triliun. Menurut Sri, pemda perlu mengoptimalkan serapan belanja APBN pada waktu yang hanya tersisa kurang dari 1,5 bulan.

"Realisasi masih sangat terbatas. Mereka rata-rata hanya belanja di sekitar 50%," katanya, Selasa (23/11/2021).

Baca Juga:
Ada Hadiah Umrah untuk WP Patuh, Jenis Pajaknya akan Diperluas

Sri Mulyani mengatakan realisasi belanja APBD secara nominal mengalami pertumbuhan 3,51%. Namun secara persentase, angkanya lebih kecil dari periode yang sama tahun lalu sebesar 65,58%.

Dia menyebut persentase belanja APBD tertinggi terjadi DI Yogyakarta yang sebesar 66,19%, diikuti Jawa Tengah 66,11%. Di sisi lain, realisasi belanja APBD Maluku hanya 39,23%.

Menurut Sri Mulyani, semua pemda harus mengoptimalkan penyerapan belanja sebelum akhir tahun, terutama untuk menangani pandemi Covid-19 dan bantuan sosial.

Baca Juga:
Efek Lebaran, Setoran Pajak Restoran dan Hiburan Diprediksi Naik 200%

"Sebetulnya kita praktis hanya punya waktu 1 bulan untuk mengeksekusi APBD dan APBN kita. Kita melihat masih banyak daerah-daerah yang belanjanya masih di bawah 50%," ujarnya.

Pada data yang lebih baru, Sri Mulyani juga mendapati surplus APBD yang relatif tinggi. Hingga 18 November 2021, realisasi pendapatan daerah secara nasional mencapai Rp841,65 triliun dan belanja daerah Rp730,13 triliun.

Dari data tersebut, terjadi surplus APBD senilai Rp111,52 triliun atau 15,27% dari belanja APBD. Menurutnya, terdapat 493 daerah yang mengalami surplus pendapatan-belanja, yang terdiri atas 30 provinsi, 375 kabupaten, dan 88 kota.

Baca Juga:
Apa Itu PBJT atas Makanan dan Minuman?

Dia menyayangkan serapan belanja yang masih rendah sehingga menimbulkan surplus. Alasannya, penyerapan APBD juga akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah.

"Pemerintah pusat sedang melakukan usaha untuk dorong pemulihan ekonomi nasional dengan countercyclical, namun daerah justru menahan belanja atau belum bisa belanja jadi terjadi surplus Rp 111,5 triliun," imbuhnya. (sap)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Sabtu, 20 April 2024 | 09:00 WIB KABUPATEN SUKABUMI

Ada Hadiah Umrah untuk WP Patuh, Jenis Pajaknya akan Diperluas

Jumat, 19 April 2024 | 18:00 WIB KAMUS PAJAK DAERAH

Apa Itu PBJT atas Makanan dan Minuman?

Jumat, 19 April 2024 | 10:30 WIB PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Pemprov Kaltim Atur Ulang Ketentuan Pajak Daerah, Ini Perinciannya

BERITA PILIHAN
Sabtu, 20 April 2024 | 09:30 WIB KEBIJAKAN FISKAL

Jaga Kesinambungan Fiskal 2025, Pemerintah Waspadai Tiga Hal Ini

Sabtu, 20 April 2024 | 09:00 WIB KABUPATEN SUKABUMI

Ada Hadiah Umrah untuk WP Patuh, Jenis Pajaknya akan Diperluas

Sabtu, 20 April 2024 | 08:47 WIB BERITA PAJAK SEPEKAN

SPT yang Berstatus Rugi Bisa Berujung Pemeriksaan oleh Kantor Pajak

Sabtu, 20 April 2024 | 08:30 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Dorong Pertumbuhan Ekonomi 2025, Insentif Ini Disiapkan untuk Investor

Jumat, 19 April 2024 | 18:00 WIB KAMUS PAJAK DAERAH

Apa Itu PBJT atas Makanan dan Minuman?

Jumat, 19 April 2024 | 17:45 WIB KEANGGOTAAN FATF

PPATK: Masuknya Indonesia di FATF Perlu Diikuti Perbaikan Kelembagaan

Jumat, 19 April 2024 | 17:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Meski Tidak Lebih Bayar, WP Tetap Bisa Diperiksa Jika Status SPT Rugi

Jumat, 19 April 2024 | 16:45 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Jokowi Segera Bentuk Satgas Pemberantasan Judi Online