KEBIJAKAN PEMERINTAH

Harga Beras Masih Tinggi, BPS Jelaskan Andilnya terhadap Inflasi

Muhamad Wildan | Senin, 06 November 2023 | 12:00 WIB
Harga Beras Masih Tinggi, BPS Jelaskan Andilnya terhadap Inflasi

Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti saat memberikan paparan.

JAKARTA, DDTCNews - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga beras masih relatif tinggi seiring dengan produksi beras yang menurun dan adanya pelarangan ekspor oleh negara produsen.

Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan andil beras terhadap inflasi secara bulanan pada Oktober 2023 sudah mencapai 0,06%. Secara tahunan, andil beras terhadap inflasi mencapai 0,58%.

"Untuk periode Oktober hingga Desember [2023], terjadi penurunan produksi beras 0,59 juta ton [atau turun 10,92%]," katanya, Senin (6/11/2023).

Baca Juga:
Ditjen Imigrasi Luncurkan Bridging Visa bagi WNA, Apa Fungsinya?

Akibat penurunan produksi beras, defisit produksi diperkirakan akan terus melebar hingga akhir tahun. Pada Oktober, defisit produksi beras diperkirakan mencapai 0,5 juta ton. Pada akhir tahun, defisit diperkirakan melebar menjadi 1,45 juta ton.

Meski defisit akan melebar pada Desember 2023, produksi beras sepanjang 2023 diperkirakan masih akan mencatatkan surplus sebesar 0,28 juta ton.

Berbeda dengan tahun lalu, kebutuhan beras pada tahun ini tak bisa serta merta langsung dipenuhi melalui impor. Sebab, terdapat beberapa negara yang menerapkan pelarangan ataupun pembatasan ekspor beras. Salah satunya adalah India.

Baca Juga:
Penggunaan Diskon Tarif Pasal 31E UU PPh Tak Ada Batas Waktu, Asalkan…

"India ini adalah salah satu sumber utama impor beras Indonesia. Mereka menerapkan kebijakan restriksi ekspor dalam rangka mengamankan stok beras di negaranya," ujar Amalia.

Larangan ekspor beras jenis broken rice dan nonbasmati rice telah berlaku sejak Juli 2022 dan diperkirakan akan terus dilakukan hingga 31 Desember 2023.

Selain India, 2 negara lain yang menerapkan larangan ekspor beras adalah Bangladesh dan Rusia. Namun, pelarangan ekspor oleh kedua negara ini tidak memberikan dampak terhadap impor lantaran Bangladesh dan Rusia bukan negara asal impor utama.

"Kalau dilihat berdasarkan negara, 74% impor beras kita berasal Vietnam dan kedua baru Thailand. India proporsinya kecil sekali karena hal itu [pelarangan ekspor]," tutur Amalia. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Minggu, 28 April 2024 | 15:30 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Ditjen Imigrasi Luncurkan Bridging Visa bagi WNA, Apa Fungsinya?

Minggu, 28 April 2024 | 14:30 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Peta Aksesi Keanggotaan OECD Terbit, Pemerintah RI Siap Lakukan Ini

Minggu, 28 April 2024 | 14:00 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Tak Sepakat dengan Tagihan Bea Masuk, Importir Bisa Ajukan Keberatan

BERITA PILIHAN
Minggu, 28 April 2024 | 15:30 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Ditjen Imigrasi Luncurkan Bridging Visa bagi WNA, Apa Fungsinya?

Minggu, 28 April 2024 | 14:30 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Peta Aksesi Keanggotaan OECD Terbit, Pemerintah RI Siap Lakukan Ini

Minggu, 28 April 2024 | 14:00 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Tak Sepakat dengan Tagihan Bea Masuk, Importir Bisa Ajukan Keberatan

Minggu, 28 April 2024 | 13:30 WIB PERPRES 56/2024

Perpres Resmi Direvisi, Indonesia Bisa Beri Bantuan Penagihan Pajak

Minggu, 28 April 2024 | 13:00 WIB PENERIMAAN NEGARA

Didorong Dividen BUMN, Setoran PNBP Tumbuh 10 Persen pada Kuartal I

Minggu, 28 April 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK DAERAH

Ada UU DKJ, Tarif Pajak Hiburan Malam di Jakarta Bisa 25-75 Persen

Minggu, 28 April 2024 | 12:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Bukti Potong 1721-A1 Tak Berlaku untuk Pegawai Tidak Tetap

Minggu, 28 April 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Cakupan Penghasilan Pegawai Tetap yang Dipotong PPh Pasal 21

Minggu, 28 April 2024 | 10:30 WIB KEBIJAKAN FISKAL

KEM-PPKF 2025 Sedang Disusun, Begini Catatan DPR untuk Pemerintah