Foto udara sejumlah alat berat mengeruk dan truk mengangkut material pada perbukitan di Kawasan Tambang Galian C di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (12/2/2023). ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/nz.
JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah mencatat penerimaan pajak sektor pertambangan mengalami pertumbuhan sebesar 69,3% pada Januari 2023.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pertumbuhan setoran pajak tersebut memang tidak sekuat periode Januari 2022 yang tumbuh 244,7%. Terlebih, basis penerimaan pada Januari 2022 juga terlampau tinggi.
"Artinya basisnya sudah tinggi sekali. Dengan baseline yang tinggi masih bisa tumbuh 69%, ini hal yang cukup positif," katanya dalam konferensi pers APBN Kita, dikutip pada Minggu (26/2/2023).
Berdasarkan catatan Kementerian Keuangan, realisasi penerimaan pajak dari sektor pertambangan tersebut memiliki kontribusi sebesar 8% terhadap total penerimaan pajak Januari 2023 sejumlah Rp162,23 triliun.
Sri Mulyani menjelaskan realisasi penerimaan pajak Januari 2023 secara umum ditopang aktivitas ekonomi yang meningkat pada akhir 2022. Untuk sektor pertambangan, setoran pajaknya dipengaruhi harga komoditas yang tinggi walaupun mulai termoderasi.
Menteri keuangan menyebut harga komoditas energi memang tengah dalam tren penurunan. Misal, pada komoditas batu bara, harganya telah turun dari puncaknya US$438,3 per metrik ton menjadi US$217,7 per metrik ton.
Tren penurunan harga komoditas batu bara ini disebabkan penurunan permintaan seiring dengan menghangatnya cuaca di Eropa, serta harga gas yang rendah.
Pada Januari 2023, pemerintah mencatat realisasi penerimaan pajak senilai Rp162,23 triliun atau setara dengan 9,44% dari target Rp1.718 triliun. Realisasi penerimaan pajak tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 49%. (rig)