Ilustrasi.
JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyoroti pertumbuhan sektor manufaktur yang masih berada di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurut Bappenas, sektor manufaktur harus tumbuh sebesar 5,4% - 5,8% jika ingin mengejar target pertumbuhan ekonomi 5,3% - 5,7% seperti yang diasumsikan dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) 2024,
"Seharusnya [sektor manufaktur] bisa tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi," ujar Suharso Monoarfa, Menteri PPN/Bappenas dikutip pada Sabtu (3/6/2023).
Suharso menilai pertumbuhan sektor manufaktur perlu ditingkatkan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional agar kontribusinya terhadap PDB dapat meningkat. Saat ini, kontribusi sektor manufaktur terhadap perekonomian hanya 19%.
"Kalau kita berharap pada 2045, kontribusinya bisa didorong menjadi 28% atau setidak-tidaknya 26,8%," ujarnya.
Untuk diketahui, pertumbuhan sektor manufaktur pada 2021 dan 2022 tercatat hanya sebesar 3,4% dan 4,9%, di bawah pertumbuhan ekonomi nasional pada kedua tahun tersebut yang mencapai 3,7% dan 5,3%.
Menurut pemerintah, pertumbuhan sektor manufaktur pada tahun-tahun setelah pandemi lebih didorong oleh industri logam dasar, mesin, alat angkut, alas kaki, dan elektronik.
Sementara itu, pertumbuhan industri makanan dan minuman pada 2021 dan 2022 belum melampaui kinerja sebelum pandemi Covid-19. Adapun kinerja industri farmasi cenderung menurun akibat berkurangnya permintaan seiring dengan terkendalinya pandemi Covid-19.
Kondisi yang sama juga terjadi di industri lainnya seperti tekstil, furnitur, dan lain sebagainya yang menghasilkan produk berupa barang konsumsi. Industri tersebut cenderung melambat akibat ekonomi global yang melambat. (rig)