PEREKONOMIAN INDONESIA

Tanpa Reformasi, Indonesia Berpotensi Alami Stagflasi

Muhamad Wildan
Selasa, 31 Mei 2022 | 18.30 WIB
Tanpa Reformasi, Indonesia Berpotensi Alami Stagflasi

Pedagang melayani pembeli di Pasar Karbela, Jakarta, Senin (9/5/2022). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/rwa.

JAKARTA, DDTCNews - Kementerian PPN/Bappenas mencatat Indonesia dihadapkan oleh risiko mengalami stagflasi jangka menengah dan panjang. Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan stagflasi dapat dihindari bila Indonesia melakukan reformasi dan meningkatkan produktivitas.

"Meskipun kita risiko stagflasinya relatif masih rendah di antara negara-negara lain, tetap pertumbuhan produktivitas menjadi perhatian kita untuk mengembalikan situasi," ujar Suharso dalam rapat bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Selasa (31/5/2022).

Perlu diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa mendatang berpotensi terhambat akibat total factor productivity (TFP) yang masih rendah dan angkanya terus menurun.

Peningkatan TFP diperlukan karena stok kapital pasti terbatas dan kontribusi tenaga kerja juga diekspektasikan menurun akibat makin menipisnya bonus demografi.

Peningkatan TFP hanya dapat dilakukan melalui reformasi seperti peningkatan kepastian hukum, kepastian berusaha, penyederhanaan perizinan, dan peningkatan efisiensi sistem perekonomian.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kinerja perekonomian tidak boleh hanya bergantung pada kebijakan fiskal dan moneter. Perlu ada peran dari faktor struktural perekonomian Indonesia.

"Ekonomi yang sehat adalah ekonomi yang didukung oleh kenaikan produktivitas. Kita lihat untuk Indonesia tantangan untuk meningkatkan TFP itu sangat besar," ujar Sri Mulyani.

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.