KINERJA PERDAGANGAN

Neraca Perdagangan Kembali Surplus US$5,76 Miliar pada Agustus 2022

Dian Kurniati
Kamis, 15 September 2022 | 12.31 WIB
Neraca Perdagangan Kembali Surplus US$5,76 Miliar pada Agustus 2022

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam konferensi pers. (tangkapan layar)

JAKARTA, DDTCNews - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2022 kembali mengalami surplus senilai US$5,76 miliar.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan surplus tersebut berasal dari ekspor senilai US$27,91 miliar dan impor US$22,15 miliar. Dia menyebut surplus neraca perdagangan telah terjadi dalam 28 bulan terakhir secara berturut-turut.

"Neraca perdagangan sampai dengan Agustus 2022 ini membukukan surplus selama 28 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," katanya, Kamis (15/9/2022).

Setianto mengatakan surplus neraca perdagangan yang senilai US$5,76 miliar terutama berasal dari sektor nonmigas US$7,74 miliar, tapi tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$1,98 miliar.

Dia memaparkan ekspor pada Agustus 2022 yang mencapai US$27,91 miliar mengalami kenaikan 30,15% dibandingkan dengan periode yang sama 2021. Khusus ekspor nonmigas yang senilai US$26,19 miliar, naik 28,39% secara tahunan.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari hingga Agustus 2022 mencapai US$194,60 miliar atau naik 35,42% dibanding periode yang sama pada 2021, sedangkan khusus ekspor nonmigas naik 35,24%.

Peningkatan terbesar ekspor nonmigas secara bulanan terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 25,4%, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada bahan bakar mineral sebesar 6,68%.

Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari hingga Agustus 2022 naik 24,03% dibanding periode yang sama 2021. Demikian juga pada ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan yang naik 17,14%, serta ekspor hasil tambang dan lainnya naik 97,40%.

Ekspor nonmigas terbesar terjadi ke China senilai US$6,16 miliar, disusul ke Amerika Serikat US$2,59 miliar, dan ke India US$2,47 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 42,84%.

Sementara dari sisi impor, Setianto menyebut nilai yang mencapai US$22,15 miliar naik 32,81% dibandingkan dengan Agustus 2021. Impor migas naik 80,63%, sedangkan impor nonmigas naik 26,11%.

Peningkatan impor golongan barang nonmigas terbesar secara bulanan terjadi pada mesin/peralatan mekanis dan bagiannya sebesar 13,63%, sedangkan penurunan terbesar dialami logam mulia dan perhiasan/permata 28,02%.

Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari hingga Agustus 2022 yakni China 33,77%, Jepang 8,6%, dan Thailand 5,82%.

Adapun menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari hingga Agustus 2022 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada barang konsumsi 5,65%, bahan baku/penolong 32,82%, dan barang modal 30,97%.

Berdasarkan komposisi impornya, 77,38% berasal dari bahan baku/penolong, sedangkan 14,48% dari barang modal, dan 8,14% dari konsumsi.

"Ini sinyal yang bagus karena impor yang dilakukan pada periode Januari sampai dengan Agustus ini adalah berupa bahan baku/penolong yang notabene digunakan untuk industri-industri domestik," ujarnya. (sap)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.