JAKARTA, DDTCNews – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus tergerus dalam beberapa waktu terakhir. Sejumlah faktor eksternal mendominasi pelemahan rupiah.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Doddy Zulverdi mengatakan situasi global menjadi penyebab utama pelemahan rupiah hingga hampir menyentuh angka Rp13.800 per dolar AS. Oleh karena itu, intervensi dilakukan agar pelemahan tidak terjadi lebih dalam.
"Ini sebenarnya pengaruh global, terutama spekulasi pasar mengenai rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed dalam FOMC (Federal Open Market Committee) bulan depan. Karena kondisi fundamental Indonesia justru menunjukkan tren perbaikan. Terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang terus membaik dan inflasi lebih terkendali," katanya di kantor BI, Kamis (1/3).
Doddy menyebutkan stabilisasi nilai tukar rupiah menjadi penting dalam beberapa waktu ke depan. Hal ini merupakan poin krusial agar menjaga kepercayaan pasar dan masyarakat terhadap rupiah.
"BI ada di pasar, tentu tidak di setiap titik, tidak setiap saat kami masuk. Hanya di saat pelemahan cepat sekali, jangan sampai kecepatan pelemahan berlebihan. Begitu market buka kami sudah lakukan stabilisasi," paparnya.
Jika berkaca pada kondisi ekonomi domestik dalam negeri yang menunjukan tren perbaikan. Doddy menilai nilai kurs rupiah saat ini tidak ideal. Menurutnya, nilai kurs rupaih terhadap dolar AS bisa lebih baik dari posisi sekarang.
"Jadi kalau tadi kita lihat rupiah sempat di level 13.800 per dolar AS itu terlalu berlebihan dan tidak sesuai fundamentalnya. Makanya dari tadi pagi kita aktif di pasar," terangnya.
Doddy memprediksi gejolak rupiah ini masih terus berlanjut hingga rapat FOMC usai dilaksanakan. Setelahnya, volatilitas rupiah diprediksi lebih stabil. Dia juga memastikan cadangan devisa Indonesia masih aman dan mencukupi untuk menjaga volatilitas rupiah saat ini. (Amu)