JAKARTA, DDTCNews - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) merampungkan rapat tiap triwulan pada 20 Juli lalu. Hasilnya sejumlah potensi risiko sistem keuangan mencuat, salah satunya datang dari suhu politik yang mulai memanas jelang Pileg dan Pilpres tahun depan.
Ketua KSSK Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan faktor politik menambah daftar risiko sistem keuangan yang diwaspadai KSSK. Hal ini berhubungan dengan makin dekatnya kontes pemilu yang meningkatkan penggunaan isu ekonomi untuk tujuan politik.
"Perkembangan politik terkini dan jelang siklus politik kita jaga sektor keuangan tetap stabil dan berkelanjutan," katanya di kantor Kemenkeu, Selasa (31/7).
Sri Mulyani menambahakan dinamika politik jelang pemilu merupakan hal yang wajar. Namun, perkembangan isu yang digunakan untuk kepentingan politik praktis yang jadi perhatian utama KSSK.
"Kita cermati dari isu ekonomi dan non ekonomi. Dalam konten internet kita jaga masyarakat agar tidak terkena dampak isu-isu politik. Kita jaga hal itu agar tidak mempengaruhi sistem keuangan," tandasnya.
Selain dinamika politik, faktor domestik yang tetap jadi perhatian KSSK adalah masih defisitnya neraca transaksi berjalan dan depresiasi nilai rupiah. Selain itu, stagnannya pertumbuhan ekonomi juga jadi sorotan KSSK.
"Dari sisi domestik kita jaga keseimbangan antara defisit transaksi berjalan dan pertumbuhan ekonomi agar stabilitas pada triwulan II tetap terjaga," ungkap Sri Mulyani.
Selain faktor domestik tadi, dinamika eksternal juga mendapati masih besarnya potensi risiko yang berasal dari faktor eksternal. Setidaknya ada dua risiko yang menguat belakangan ini, yakni dampak kebijakan bank sentral AS/The Fed dan efek perang dagang AS dengan negara mitra dagang utamanya seperti Tiongkok dan Uni Eropa.
"KSSK memandang ada beberapa potensi risiko bersumber dari spillover kenaikan lanjutan Fed Fund Rate dan perang dagang AS terhadap stabilitas sisitem keuangan dalam negeri," tutupnya. (Amu)