CHINA

Duh, Ada Malware di Aplikasi Pajak!

Muhamad Wildan
Senin, 31 Agustus 2020 | 14.15 WIB
Duh, Ada Malware di Aplikasi Pajak!

Ilustrasi. (Foto: amt-it.com)

WASHINGTON D.C., DDTCNews - Federal Bureau of Investigations (FBI) dan Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (CISA) menemukan adanya malware dalam aplikasi perpajakan di China yang dikelola oleh bank di negara tersebut.

Dalam peringatan yang dipublikasikan oleh kedua instansi itu, aplikasi perpajakan yang wajib digunakan oleh perusahaan yang beroperasi di China ini memiliki backdoor bernama GoldenSpy. Backdoor tersebut tidak bisa dihapus dan memungkinkan penggunanya untuk menambah malware.

"FBI menemukan tersangka berupaya untuk secara diam-diam menghapus malware tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pihak-pihak ini memiliki kapabilitas yang tinggi," tulis FBI dalam keterangan resminya, dikutip dari natlawreview.com, Jumat (28/8/2020).

FBI pun mewanti-wanti kepada perusahaan AS yang beroperasi di China dalam mengunduh dan melakukan instalasi atas perangkat lunak tertentu di China.

Sebelum FBI dan CISA, peneliti dari Trustwave sejak Juni lalu sudah mengeluarkan peringatan yang sama terkait dengan GoldenSpy kepada perusahaan-perusahaan yang beroperasi di China.

Sebagaimana yang ditemukan oleh FBI dan CISA, pelaku yang memasukkan malware ke dalam aplikasi perpajakan ini diam-diam berupaya untuk menghapus keberadaan dan jejak dari backdoor GoldenSpy tersebut ketika backdoor ini ditemukan oleh Trustwave.

Selain GoldenSpy, Trustwave juga menemukan backdoor baru yang dinamai GoldenHelper. Berdasarkan laporan Trustwave, backdoor ini sudah disebarkan melalui aplikasi perpajakan terhitung sejak 2018.

Penamaan backdoor baik GoldenSpy maupun GoldenHelper ini ditengarai berasal dari penamaan kebijakan pajak pertambahan nilai (PPN) di China yakni Golden Tax VAT Scheme.

Golden Tax sendiri merupakan kebijakan pemerintah yang memandatkan kepada bank untuk mewajibkan seluruh perusahaan di China untuk mengunduh aplikasi perpajakan yang dibuat oleh salah satu dari dua perusahaan baik itu Aisino atau Baiwang. (Bsi)

Editor :
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.