SPANYOL

Banyak Skandal Pajak, Wacana Ubah Sistem Monarki Mencuat

Redaksi DDTCNews | Senin, 21 September 2020 | 13:45 WIB
Banyak Skandal Pajak, Wacana Ubah Sistem Monarki Mencuat

Wakil II Perdana Menteri Spanyol Pablo Iglesias. (Foto: EPA-EFE/straitstimes)

MADRID, DDTCNews—Wakil II Perdana Menteri Spanyol Pablo Iglesias mewacanakan perubahan bentuk negara dari monarki menjadi republik lantaran banyak skandal pajak yang melibatkan keluarga kerajaan.

Iglesias menuturkan skandal keuangan baru-baru ini yang melibatkan mantan Raja Spanyol Juan Carlos menjadi momentum Negeri Matador untuk meninggalkan sistem monarki yang memberikan hak istimewa kepada keluarga kerajaan.

"Makin sedikit orang Spanyol yang memaklumi bahwa pada abad 21 mereka tidak dapat memilih siapa yang menjadi kepala negara mereka. Sistem monarki sudah tidak relevan lagi bagi kelompok muda Spanyol," katanya, Senin (21/9/2020).

Baca Juga:
Antisipasi Overtourism, Negara Ini Diminta Terapkan Pajak Turis

Iglesias menuturkan sistem monarki tidak menjamin keadilan dan kesetaraan hukum antara warga negara dengan keluarga kerajaan. Salah satunya adalah tuntutan untuk menghapus hak imunitas keluarga kerajaan dalam proses hukum.

Tuntutan itu juga dilatarbelakangi langkah Juan Carlos yang mengasingkan diri ke Uni Emirat Arab akibat terbongkarnya skandal kontrak pembangunan kereta api kecepatan tinggi di Arab Saudi.

Mahkamah Agung membuka penyelidikan awal atas dugaan keterlibatan Juan Carlos atas gratifikasi senilai US$100 juta atau setara Rp1,4 triliun dari mendiang Raja Saudi Abdullah bin Abdulaziz Al Saud.

Baca Juga:
Digitalisasi Sistem Pajak, Filipina Minta Dukungan World Bank dan ADB

Kasus keuangan keluarga kerajaan tersebut bukan pertama kali. Pada 2014, Juan Carlos turun tahta dan dilanjutkan oleh puteranya Felipe pada 2014 karena terbongkarnya kasus penipuan pajak yang melibatkan anggota keluarga kerajaan. Kasus itu menimbulkan citra buruk di mata publik yang saat itu tengah berjuang keluar dari resesi ekonomi.

Seperti dilansir algemeiner.com, hukum Spanyol mengatur hak imunitas Juan Carlos sebagai Raja. Namun, dia bisa dituntut secara hukum setelah turun tahta. Sampai saat ini pengacara Juan Carlos menegaskan kliennya tetap berada di pengasingan.

Jajak pendapat terkini yang dilakukan surat kabar ABC yang pro monarki menyebutkan sebagian besar masyarakat Spanyol saat ini masih menginginkan monarki dengan 56% responden.

Hanya 33,5% responden yang mendukung perubahan bentuk negara menjadi republik. Sementara itu, 4,1% responden tidak menyatakan pilihan alias absen. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
BERITA PILIHAN
Kamis, 25 April 2024 | 15:00 WIB KOTA TANGERANG SELATAN

BPHTB Kini Terutang Saat PPJB, Jadi Peluang Peningkatan Penerimaan

Kamis, 25 April 2024 | 14:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

DJBC Bagikan Tip Terhindar Sanksi Saat Belanja Online dari Luar Negeri

Kamis, 25 April 2024 | 14:17 WIB KABUPATEN JOMBANG

Objek PBB-P2 Didata Ulang, Pemkab Hitung Pajak Terutang yang Akurat

Kamis, 25 April 2024 | 14:00 WIB KANWIL DJP JAKARTA SELATAN II

Kanwil DJP Jakarta Selatan II Resmikan Tax Center STIH IBLAM

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PTKP Karyawati Kawin Bisa Ditambah jika Suami Tak Punya Penghasilan

Kamis, 25 April 2024 | 13:00 WIB KEANGGOTAAN OECD

OECD Rilis Roadmap Aksesi, Ada 8 Prinsip Pajak yang Perlu Diadopsi RI

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

WP Badan Pakai Stempel Perusahaan yang Berbeda, SPT Tahunan Tetap Sah?

Kamis, 25 April 2024 | 11:30 WIB KEBIJAKAN MONETER

Parkir DHE SDA di Dalam Negeri, Kepatuhan Eksportir sudah 93-95 Persen

Kamis, 25 April 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK DAERAH

Ketentuan Pajak Daerah Terbaru di Kota Depok beserta Tarifnya