JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah berkomitmen untuk menekan angka defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Agenda tersebut ditegaskan memerlukan waktu yang relatif panjang.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan kinerja membaiknya angka CAD Indonesia pada kuartal III/2019 akan coba untuk diteruskan untuk tahun depan. Dia menekankan kebijakan menekan CAD tersebut merupakan proyek jangka panjang karena akan mengubah banyak aspek dalam perekonomian nasional.
"CAD untuk 2020 tentu kita ingin kurangi. Ini [menurunkan CAD] bukan program instan, tapi program jangka menengah dan panjang," katanya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (8/11/2019).
Politikus Partai Golkar itu menyebutkan aspek stabilitas sistem perekonomian menjadi kunci untuk bisa menekan defisit transaksi berjalan. Pada saat yang sama pemerintah meningkatkan daya saing indistri lokal untuk menggenjot ekpsor nonmigas.
Oleh karena itu, kegiatan invetasi pada sektor manufaktur menjadi perhatian pemerintah untuk masa kerja lima tahun ke depan. Penjajakan untuk mendapatkan kucuran investasi asing juga mulai dilakukan terutama dengan negara di kawasan Asia Timur, seperti Korea Selatan.
"Pak Presiden akan ke Korea Selatan November ini untuk tandatangan Free Trade Agreement Indonesia-Korsel. Ini akan sangat membantu kedua negara karean kita lihat investasi Korsel dalam beberapa tahun terakhir terus naik," paparnya.
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) merilis data CAD Indonesia pada kuartal III/2019 sebesar 2,7% terhadap produk domestik bruto (PDB). Keterangan resmi Bank Indonesia (BI), CAD pada kuartal III/2019 tercatat senilai US$7,7 miliar (2,7% PDB). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi pada kuartal sebelumnya senilai US$8,2 miliar (2,9% PDB).
Otoritas moneter mengatakan perbaikan CAD didukung oleh menurunnya defisit neraca perdagangan migas di tengah surplus neraca perdagangan nonmigas yang stabil. Perbaikan defisit neraca perdagangan migas dipengaruhi menurunnya impor migas yang diklaim sejalan dengan kebijakan pengendalian impor, seperti program B20.
Sementara itu, surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat stabil di tengah perekonomian dunia yang melambat dan harga komoditas ekspor Indonesia yang menurun. Defisit neraca transaksi berjalan yang membaik juga didukung oleh penurunan defisit neraca pendapatan primer akibat lebih rendahnya repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri. (Bsi)