Presiden Joko Widodo (Jokowi).
JAKARTA, DDTCNews - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan terdapat beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju pada 2045.
Jokowi mengatakan visi Indonesia emas 2045 membutuhkan perencanaan dan eksekusi yang baik. Dalam 20 tahun waktu yang tersisa, pemerintah harus membuat berbagai terobosan sehingga ekonomi Indonesia terus meningkat.
"Indonesia emas tidak bisa hadir otomatis, tetapi butuh direncanakan dengan baik. Butuh fokus yang sama, panduan, dan haluan. Saya harap RPJPN ini dapat menjadi pedoman bersama," katanya dalam peluncuran rancangan akhir RPJPN 2025-2045, Kamis (15/6/2023).
Jokowi menuturkan Indonesia akan mengalami puncak bonus demografi pada 2030 yang hanya akan terjadi satu kali dalam peradaban suatu negara. Bonus demografi ini dapat menjadi peluang, tetapi juga bisa menjadi bencana apabila tidak dikelola dengan baik.
Untuk itu, sambungnya, pemerintah harus dapat bekerja keras untuk memanfaatkan peluang tersebut. Dalam hal ini, dibutuhkan perencanaan dan strategi taktis sehingga Indonesia dapat berkompetisi dengan negara lain.
Dia menjelaskan Indonesia memiliki visi untuk menjadi negara maju pada 2045, serta menjadi 5 besar ekonomi dunia. Pendapatan per kapita Indonesia akan mencapai US$5.030 pada tahun ini dan akan melompat menjadi US$23.000 - US$30.300 pada 2045.
Selanjutnya, tingkat kemiskinan yang saat ini sebesar 9,57% juga ditargetkan mampu turun menjadi hanya 0,5%-0,8%.
"Peluangnya ada, hitung-hitungannya saya sudah dengar semuanya, tetapi tantangannya tidak mudah," ujar Jokowi.
Presiden menyebut terdapat 3 pokok penting yang harus dilakukan sebagai acuan untuk menjadi negara maju. Pertama, menjaga stabilitas bangsa karena kemakmuran tidak dapat tercapai oleh negara yang tidak stabil.
Kedua, melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan meski pemimpinnya berganti. Pembangunan juga harus dilakukan secara merata sehingga pertumbuhan ekonomi dapat dikontribusikan oleh semua wilayah.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi juga harus dilakukan melalui hilirisasi industri, misalnya terhadap potensi produk tambang dan perkebunan.
Ketiga, meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), baik secara fisik, kemampuan, karakter produktif, maupun karakter disiplin.
"Ini [SDM] kekuatan besar kita. Jangan hanya menang dari segi jumlah, tetapi juga harus dari segi kualitas SDM-nya," tutur Jokowi. (rig)