JAKARTA, DDTCNews – Akumulasi besarnya nilai restitusi dan lesunya kinerja industri membuat penerimaan pajak dari sektor manufaktur tergerus. Ini menjadi salah satu kabar yang hadir di beberapa media nasional pada pagi ini, Kamis (16/8/2018).
Penerimaan pajak sektor manufaktur hingga Juli 2018 hanya menunjukkan pertumbuhan 12,48%, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan hingga bulan sebelumnya yang mencapai 12,64%. Realisasi ini juga lebih rendah dibandingkan tahun lalu 18,16%.
Kabar lain juga datang dari Bank Indonesia (BI) yang kembali menambah dosis kebijakan moneter melalui kenaikan suku bunga acuan 25 basis poin dari 5,25% menjadi 5,5%. Keputusan ini diambil dalam Rapat Dewan Gubernur BI pada Selasa-Rabu (14-15/8/2018)
Tidak tanggung-tanggung, langkah bank sentral ini juga dinilai bakal menahan gerak pertumbuhan ekonomi nasional di sisa 2018. Apalagi, pemerintah dikabarkan tengah menyisir sekitar 500 produk impor untuk disetop untuk menjaga defisit neraca transaksi berjalan.
Berikut beberapa ringkasan berita yang muncul di media nasional hari ini:
Direktur Penyuluhan Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Ditjen Pajak mengatakan restitusi cukup besar dari beberapa wajib pajak (WP) besar di subsektor industri pengilangan.
Selain itu, melambatnya kinerja manufaktur pada kuartal II/2018 juga berpengaruh pada penerimaan pajak selama 2 bulan terakhir. Kendati demikian, Hestu optimistis pertumbuhan sektor manufaktur akan meningkat lagi di bulan-bulan mendatang.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menyambut baik rencana pemerintah merevisi aturan insentif pajak penghasilan (PPh) atas dana hasil ekspor (DHE). Ketua Kadin Rosan Roeslani mengatakan pengusaha akan menukarkan DHE ke rupiah dengan catatan pemerintah dan BI mampu memberikan kepastian rate yang bagus.
Setelah menyampaikan rencananya untuk memboikot produk elektronik dari AS, Turki juga akan mengenakan tambahan pajak sebesar 50% untuk produk nasi, 140% untuk produk spiritus, dan 120% untuk produk mobil asal AS.
Selain itu, ada juga pajak tambahan untuk produk kosmetik, rokok, dan beberapa produk makanan. Hal tersebut semakin meningkatkan tensi diplomatic antara AS dan Turki
RDG BI pada Rabu-Kamis (14-15/8/2018) memutuskan adanya kenaikan BI 7 Day Reverse Repo Rate (7DRRR) menjadi 5,5%. Kenaikan suku bunga acuan diharapkan mendorong yield surat berharga negara (SBN).
Upaya pemerintah menekan impor dan diikuti langkah bank sentral menaikkan BI 7DRRR – d engan alasan penjagaan defisit neraca transaksi berjalan agar tidak mencapai 3% dari PDB – akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi ke depan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap dari 500 komoditas yang akan disetop impornya, beberapa diantaranya berupa produk kertas dan kayu, karet dan plastic, serta minyak sawit.