FILIPINA

Pengusaha Tuntut Kemudahan Sistem Pemanfaatan Insentif Pajak

Dian Kurniati | Sabtu, 01 Januari 2022 | 09:30 WIB
Pengusaha Tuntut Kemudahan Sistem Pemanfaatan Insentif Pajak

Ilustrasi.

MANILA, DDTCNews - Pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang Inggris di Filipina mendesak pemerintah memberikan kemudahan dalam sistem pemanfaatan insentif pajak yang kini diatur dalam UU Pemulihan dan Insentif Pajak untuk Perusahaan (Corporate Recovery and Tax Incentives for Enterprises/CREATE).

Direktur Eksekutif Kamar Dagang Inggris di Filipina Chris Nelson mengatakan Filipina perlu berupaya lebih keras untuk menarik investasi asing. Menurutnya, pengesahan UU CREATE tanpa dibarengi dengan kemudahan dari sisi sistem akan membuat upaya menarik investor tidak efektif.

"Penurunan pajak penghasilan badan di bawah UU CREATE tidak benar-benar menempatkan Filipina pada tingkat tarif pajak terendah di kawasan ini," katanya, dikutip Sabtu (1/1/2022).

Baca Juga:
Wajib Pajak Siap-Siap Ditunjuk DJP, Ikut Uji Coba Coretax System

Nelson mengatakan UU CREATE telah memuat berbagai insentif pajak, terutama memangkas tarif pajak penghasilan (PPh) badan dari 30% menjadi 25%. Pada UMKM dengan pendapatan di bawah P5 juta atau Rp1,56 miliar per tahun, pajak akan lebih rendah lagi, yaitu 20%.

Meski demikian, lanjutnya, UU CREATE harus didukung dengan reformasi perpajakan agar dampaknya lebih berkelanjutan. Menurutnya, hal itu diperlukan agar sistem pajak di Filipina lebih bersaing dari negara lain di kawasan.

Nelson menilai UU CREATE telah menjadi awal yang baik untuk menarik investasi asing, terutama di tengah pandemi Covid-19 ketika ekonomi dipaksa beralih ke arah digital. Dia pun menyarankan pemerintah melengkapi peraturan tersebut dengan pengesahan 3 RUU, yakni RUU Liberalisasi Perdagangan Eceran, RUU Investasi Asing, dan RUU Pelayanan Publik.

Baca Juga:
Efek Harga Komoditas, PPh Badan Terkontraksi 29,8% di Kuartal I/2024

RUU Liberalisasi Perdagangan Eceran saat ini tinggal menunggu ditandatangani Presiden Rodrigo Duterte, sedangkan 2 RUU lainnya masih dalam proses legislatif.

Nelson menyebut British Business Council sedang mencoba membantu perusahaan-perusahaan Inggris untuk berinvestasi di Filipina dan menjadikan negara tersebut sebagai titik awal pasar Asia Tenggara yang besar. Menurutnya, kekuatan utama Filipina yakni sumber daya manusia dan pasar domestik yang besar karena mencapai 110 juta orang.

"Namun Filipina tetap harus bersaing dengan negara tetangga di kawasan sehingga perlu bergerak maju dalam mereformasi ekonomi," ujarnya dilansir mb.com.ph. (sap)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Sabtu, 27 April 2024 | 10:03 WIB BERITA PAJAK SEPEKAN

Wajib Pajak Siap-Siap Ditunjuk DJP, Ikut Uji Coba Coretax System

Jumat, 26 April 2024 | 13:39 WIB PENERIMAAN PAJAK

Efek Harga Komoditas, PPh Badan Terkontraksi 29,8% di Kuartal I/2024

Jumat, 26 April 2024 | 11:09 WIB PENERIMAAN PAJAK

Penerimaan Pajak Secara Neto Kontraksi 8,86 Persen di Kuartal I/2024

Kamis, 25 April 2024 | 17:30 WIB KEBIJAKAN ENERGI

Pemerintah Siapkan Tarif Royalti 0% untuk Proyek Hilirisasi Batu Bara

BERITA PILIHAN
Sabtu, 27 April 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PERPAJAKAN

Penindakan Kepabeanan dan Cukai dari Tahun ke Tahun

Sabtu, 27 April 2024 | 10:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Catat! WP Ini Tak Kena Sanksi Denda Meski Telat Lapor SPT Tahunan

Sabtu, 27 April 2024 | 10:03 WIB BERITA PAJAK SEPEKAN

Wajib Pajak Siap-Siap Ditunjuk DJP, Ikut Uji Coba Coretax System

Sabtu, 27 April 2024 | 10:00 WIB PENDAPATAN DAERAH

Mendagri Minta Pemda Ambil Terobosan Demi Tingkatkan PAD

Sabtu, 27 April 2024 | 09:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

RKP 2025 Disusun Meski RPJPN Belum Diundangkan, Ini Alasan Bappenas

Sabtu, 27 April 2024 | 09:00 WIB KEPATUHAN PAJAK

Meski Lewat Tenggat Waktu, DJP Minta WP OP Tetap Lapor SPT Tahunan

Sabtu, 27 April 2024 | 07:30 WIB PERTUMBUHAN EKONOMI

Sri Mulyani Proyeksikan Ekonomi RI Tumbuh 5,17% di Kuartal I/2024

Jumat, 26 April 2024 | 17:30 WIB REFORMASI PAJAK

Reformasi Pajak, Menkeu Jamin Komitmen Adopsi Standar Pajak Global