ILUSTRASI. Pekerja mengangkut beras hasil serapan dari petani di Gudang Bulog Subdivre Serang, Banten, Selasa (30/8/2022). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/aww.
MUMBAI, DDTCNews - Lebih dari 1 juta ton beras menumpuk di Pelabuhan Mumbai, India akibat pemberlakuan bea keluar atas komoditas tersebut. Pasalnya, para pembeli di negara tujuan tak bersedia membayar bea keluar dengan tarif 20% atas beras yang dikirim.
Presiden Asosiasi Eksportir Beras India BV Krishna Rao mengatakan para pembeli di negara mitra belum siap membayar tambahan beban dari bea keluar tersebut.
"Bea keluar telah berlaku sejak tengah malam, tapi pembeli belum siap membayar pajak tersebut. Kami memutuskan untuk menghentikan pemuatan beras ke kapal," ujar Rao, dikutip Senin (12/9/2022).
Tak hanya mengenakan bea keluar sebesar 20% atas jenis-jenis beras tertentu, India juga melarang para eksportir mengekspor beras pecah atau broken rice.
Pelarangan ekspor broken rice dan penerapan bea keluar sebesar 20% atas jenis-jenis beras tertentu selain basmati dilatarbelakangi oleh kekhawatiran pemerintah India terhadap suplai beras domestik.
Pasalnya, curah hujan di beberapa negara bagian produsen beras tercatat lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata tahun sebelumnya.
Saat ini, para eksportir mencatat ada 750.000 ton beras putih yang menumpuk di pelabuhan. Selanjutnya, terdapat 350.000 ton broken rice yang menumpuk di beberapa pelabuhan. Hanya broken rice yang sudah melewati proses kepabeanan yang mendapatkan izin ekspor. Dengan demikian, 350.000 ton broken rice harus dipulangkan dari pelabuhan ke tempat asalnya.
Untuk diketahui, India tercatat menyuplai 40% kebutuhan beras global. Terdapat 150 negara yang mengimpor beras dari India. Dengan demikian, kebijakan pengenaan bea keluar memiliki potensi meningkatkan inflasi di negara lain. (sap)