KOREA SELATAN

Inflasi Tertinggi Sejak 1998, Korea Siap-Siap Naikkan Suku Bunga

Redaksi DDTCNews | Rabu, 06 Juli 2022 | 16:30 WIB
Inflasi Tertinggi Sejak 1998, Korea Siap-Siap Naikkan Suku Bunga

Foto udara area pabrik sikuit terintegrasi (‘chip’) milik Samsung Electronics di Hwaseong, Korea Selatan, terlihat dalam foto yang diterima pada Kamis (30/06/2022). (ANTARA FOTO/Samsung Electronics/Handout via REUTERS/wsj/UYU)

SEOUL, DDTCNews - Bank of Korea memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin untuk pertama kalinya pada pekan depan.

Kebijakan ini diambil menyusul indeks harga konsumen yang melonjak ke posisi 6% pada Juni 2022, tertinggi dalam 24 tahun terakhir. Pada 1998 silam, tingkat inflasi tercatat menyentuh 6,8%. Saat itu Korea Selatan ikut terdampak krisis keuangan Asia.

"Kenaikan harga dari sisi suplai membuat tingkat inflasi makin tinggi," ujar Wakil Dirjen Statistik Ekonomi Badan Statistik Korea Eo Woon-sun, dikutip pada Rabu (6/7/2022).

Baca Juga:
Sri Mulyani Proyeksikan Ekonomi RI Tumbuh 5,17% di Kuartal I/2024

BPS Korea Selatan mencatat tingkat inflasi Korea Selatan memang naik signifikan dalam beberapa bulan belakangan. Pada Mei 2022, inflasi tercatat 5,4%. Tingkat inflasi diprediksi akan mencapai puncaknya pada kuartal ketiga 2022.

Harga barang yang cukup tinggi terutama adalah produk minyak dan olahannya serta produk makanan. Kenaikan dari produk-produk tersebut menyumbang hingga 5% dari keseluruhan tingkat inflasi 6%.

Woon-sun menambahkan, pencabutan pembatasan mobilitas yang dilakukan pada 18 April 2022 ikut meningkatkan permintaan. Hal ini turut serta mendukung laju inflasi. Bahkan sejumlah ekonom memprediksi inflasi Korea bisa tembus 7% pada tahun ini, melampaui rekornya pada 1998 silam.

Baca Juga:
Otoritas Ini Mulai Pertimbangkan Kembali Program Diskon Cukai Solar

Upaya pengendalian inflasi di Korea Selatan juga bakal makin sulit setelah pemerintah menaikkan harga listrik dan gas per 1 Juli 2022. Dengan kebijakan tersebut, praktis harga-harga barang bakal makin melambung. Pemangkasan tarif pajak atas sejumlah komoditas pun dinilai kurang efektif meredam lonjakan harga.

Merespons situasi terkini, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol berjanji akan mencari jalan keluar. Suk-yeol mengakui bahwa kondisi perekonomian negaranya memang sedang tidak baik-baik saja.

"Ekonomi global menerima pukulan terbesar. Dalam inflasi, tertinggi sejak 1970-an di tengah seretnya suplai dan penanganan Covid-19," kata Presiden Suk-yeol, dilansir Asia News Network. (sap)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
BERITA PILIHAN
Sabtu, 27 April 2024 | 07:30 WIB PERTUMBUHAN EKONOMI

Sri Mulyani Proyeksikan Ekonomi RI Tumbuh 5,17% di Kuartal I/2024

Jumat, 26 April 2024 | 17:30 WIB REFORMASI PAJAK

Reformasi Pajak, Menkeu Jamin Komitmen Adopsi Standar Pajak Global

Jumat, 26 April 2024 | 17:00 WIB KAMUS PAJAK DAERAH

Apa Itu PBJT Jasa Parkir dan Retribusi Parkir?

Jumat, 26 April 2024 | 16:45 WIB KEBIJAKAN KEPABEAN

Impor Barang Kiriman? Laporkan Data dengan Benar agar Tak Kena Denda

Jumat, 26 April 2024 | 16:30 WIB PENERIMAAN PAJAK

Setoran PPN-PPnBM Kontraksi 16,1 Persen, Sri Mulyani Bilang Hati-Hati

Jumat, 26 April 2024 | 15:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Ada Usulan Tarif Pajak Kripto untuk Dipangkas, Begini Tanggapan DJP

Jumat, 26 April 2024 | 15:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Sudah Lapor SPT Tapi Tetap Terima STP, Bisa Ajukan Pembatalan Tagihan