Ilustrasi gedung Departemen Pendapatan Thailand.
BANGKOK, DDTCNews—Sidang kabinet pemerintahan Thailand telah menyetujui usulan Menteri Keuangan Uttama Savanayana untuk menebar insentif pajak demi merangsang investasi, Selasa (28/01/2020).
Stimulus fiskal di antaranya pengurangan PPh Badan bagi perseroan yang belanja permesinan hingga 2,5 kali dari sebelumnya. Lalu, pembebasan pajak setahun bagi perusahaan yang membeli mesin baru paling lambat 31 Desember 2020.
Kemudian, pinjaman lunak Bank Ekspor-Impor Thailand untuk eksportir yang memperbarui permesinan mereka, yaitu 2% untuk dua tahun pertama, 4% untuk tahun 3-5, 6% untuk tahun 6-7. Untuk catatan, bunga ini tidak berlaku untuk refinancing.
Dilansir dari Bangkok Post, juru bicara pemerintah Narumon Pinyosinwat menyebut kebijakan insentif pajak itu diperkirakan akan menghilangkan potensi penerimaan pajak hingga 8,6 miliar baht.
Jika tidak ada aral melintang, pelbagai stimulus fiskal itu diproyeksikan menambah aliran investasi sebanyak 110 miliar baht dan berkontribusi sekitar 0,25 persen pada pertumbuhan ekonomi Thailand.
Menteri Keuangan Uttama Savanayana mengatakan stimulus fiskal penting guna merangsang investasi swasta dan ekonomi tahun ini. Kebijakan itu penting lantaran situasi ekonomi global masih tidak menentu, terutama karena perang dagang AS-China.
Setelah mengantongi restu kabinet, Savanayana akan meminta persetujuan DPR, pekan depan. Namun, insentif pajak juga memiliki sisi negatif, di antaranya menghilangkan potensi penerimaan pajak sebesar 8,6 miliar baht.
Pemerintah Thailand sebelumnya telah memperkenalkan paket kebijakan terkait keringanan pajak dan zona investasi khusus pada 2019 untuk menarik investor asing agar memindahkan pabriknya menyusul ketegangan antara AS dengan China.
Kebijakan itu cukup berhasil. Tahun lalu, investasi China yang masuk ke Thailand mencapai 262 miliar baht atau 4 kali lipat investasi Jepang. Secara keseluruhan, nilai investasi Thailand pada tahun lalu mencapai 756 miliar baht.