PAJAK bukanlah istilah yang populer ditelinga anak usia sekolah. Bahkan orang dewasa pun banyak yang masih awam mengenai pajak. Tidak heran memang, mengingat pajak merupakan suatu hal yang tidak mudah dipahami dan memiliki karakteristik yang kompleks.
Merujuk Pasal 1 Undang-Undang (UU) No. 28 Tahun 2007, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dari definisi itu, pajak memiliki peran yang sangat penting karena digunakan untuk membiayai kebutuhan negara yang tujuannya antara lain untuk memakmurkan seluruh rakyat Indonesia. Namun permasalahannya, kesadaran mengenai pajak masih sangat minim. Terbukti dari tingkat kepatuhan wajib pajak yang masih terbilang rendah.
Untuk itu, urgensi pendidikan pajak sejak usia dini menjadi sangat krusial. Pemerintah pun dalam hal ini telah mencanangkan program pendidikan sejak usia dini, dari tingkat SD hingga perguruan tinggi melalui program Pajak Berutur.
Hal ini perlu didukung dengan cara-cara yang kreatif agar pembelajaran mengenai pajak menjadi menarik dan nilai-nilainya dapat tersampaikan dengan baik. Media pembelajaran juga begitu penting untuk diperhatikan dan disesuaikan dengan usia dan kebutuhan dari anak-anak tersebut.
Di era milenial ini, media pengenal pajak untuk anak usia dini mulai bertebaran. Alat permainan berupa kwartet pajak misalnya. Alat ini sejenis permainan yang terdiri atas beberapa jumlah kartu bergambar. Kartu tersebut berisi keterangan berupa tulisan yang medeskripsikan gambar tersebut.
Kartu ini sangat cocok bagi anak-anak usia dini dalam memahami tulisan dengan disertai gambar-gambar. Ini bisa dimanfaatkan untuk mendeskripsikan apa itu pajak dan manfaat apa saja yang diperoleh dengan membayar pajak.
Selain itu, ada pula buku cerita bergambar mengenai pajak. Buku cerita ini bisa berisis cerita fabel yang inspiratif seperti kisah kelinci, semut, kancil dan lain-lain. Cerita tersebut bisa mengandung nilai-nilai moral yang ingin disampaikan seperti kejujuran, keteladanan, kedisiplinan, tanggung jawab, keadilan, ketulusan, dan sebagainya.
Edukasi pajak secara dini juga dapat memanfaatkan media seperti buku aktivitas pajak yang dirancang khusus untuk memperkenalkan pajak kepada anak-anak dengan cara yang menyenangkan. Misalnya buku itu dapat digunakan untuk mencatat aktivitas yang dilakukan anak-anak bersama orang tuanya, disamping menyisipkan nilai-nilai pajak.
Buku literasi ala anak-anak di atas diharapkan memberikan pandangan kepada anak-anak bahwa pajak memiliki fungsi yang sangat beragam, baik sebagai fungsi anggaran, regulasi, distribusi, hingga stabilisasi dengan cara yang lebih mudah dipahami.
Selain itu, media pengenal pajak untuk anak usia dini yang ditawarkan di atas memberikan nilai-nilai kesadaran pajak. Berupa nilai-nilai utama karakter di dalamnya, meliputi:
Nah, disinilah bergunanya media pengenal pajak untuk anak usia dini sebagai media termudah untuk mengenalkan akan pentingnya membayar pajak.
Dengan media permainan seperti itu, anak-anak akan lebih mudah menangkap secara implisit apa itu arti pajak dan komponen-komponennya. Tidak hanya memahami pengertian pajak saja, tapi anak-anak dapat menafsirkan arti penting dari membayar pajak.*