LOMBA MENULIS ARTIKEL PAJAK

Strategi Pendidikan Pajak untuk Anak Usia Dini

Redaksi DDTCNews
Senin, 18 Desember 2017 | 11.52 WIB
ddtc-loaderStrategi Pendidikan Pajak untuk Anak Usia Dini
Nadiya Khoirun Nisa,
Universitas Terbuka.

PAJAK bukanlah istilah yang populer ditelinga anak usia sekolah. Bahkan orang dewasa pun banyak yang masih awam mengenai pajak. Tidak heran memang, mengingat pajak merupakan suatu hal yang tidak mudah dipahami dan memiliki  karakteristik yang kompleks.

Merujuk Pasal 1 Undang-Undang (UU) No. 28 Tahun 2007, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dari definisi itu, pajak memiliki peran yang sangat penting karena digunakan untuk membiayai kebutuhan negara yang tujuannya antara lain untuk memakmurkan seluruh rakyat Indonesia. Namun permasalahannya, kesadaran mengenai pajak masih sangat minim. Terbukti dari tingkat kepatuhan wajib pajak yang masih terbilang rendah.

Untuk itu, urgensi pendidikan pajak sejak usia dini menjadi sangat krusial. Pemerintah pun dalam hal ini telah mencanangkan program pendidikan sejak usia dini, dari tingkat SD hingga perguruan tinggi melalui program Pajak Berutur.

Hal ini perlu didukung dengan cara-cara yang kreatif agar pembelajaran mengenai pajak menjadi menarik dan nilai-nilainya dapat tersampaikan dengan baik. Media pembelajaran juga begitu penting untuk diperhatikan dan disesuaikan dengan usia dan kebutuhan dari anak-anak tersebut.

Di era milenial ini, media pengenal pajak untuk anak usia dini mulai bertebaran. Alat permainan berupa kwartet pajak misalnya. Alat ini sejenis permainan yang terdiri atas beberapa jumlah kartu bergambar. Kartu tersebut berisi keterangan berupa tulisan yang medeskripsikan gambar tersebut.

Kartu ini sangat cocok bagi anak-anak usia dini dalam memahami tulisan dengan disertai gambar-gambar. Ini bisa dimanfaatkan untuk mendeskripsikan apa itu pajak dan manfaat apa saja yang diperoleh dengan membayar pajak.

Selain itu, ada pula buku cerita bergambar mengenai pajak. Buku cerita ini bisa berisis cerita fabel yang inspiratif seperti kisah kelinci, semut, kancil dan lain-lain. Cerita tersebut bisa mengandung nilai-nilai moral yang ingin disampaikan seperti kejujuran, keteladanan, kedisiplinan, tanggung jawab, keadilan, ketulusan, dan sebagainya.

Edukasi pajak secara dini juga dapat memanfaatkan media seperti buku aktivitas pajak yang dirancang khusus untuk memperkenalkan pajak kepada anak-anak dengan cara yang menyenangkan. Misalnya buku itu dapat digunakan untuk mencatat aktivitas yang dilakukan anak-anak bersama orang tuanya, disamping menyisipkan nilai-nilai pajak.

Buku literasi ala anak-anak di atas diharapkan memberikan pandangan kepada anak-anak bahwa pajak memiliki fungsi yang sangat beragam, baik sebagai fungsi anggaran, regulasi, distribusi, hingga stabilisasi dengan cara yang lebih mudah dipahami.

Selain itu, media pengenal pajak untuk anak usia dini yang ditawarkan di atas memberikan nilai-nilai kesadaran pajak. Berupa nilai-nilai utama karakter di dalamnya, meliputi:

  1. Nilai religius. Maksudnya membayar pajak merupakan salah satu wujud syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, yang nantinya akan digunakan untuk kepentingan umum, sehingga apa yang telah dilakukan tersebut bernilai ibadah.
  2. Nilai nasionalis. Maksudnya membayar pajak dapat digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dan pembangunan negara. Oleh Karena itu, kesadaran membayar pajak akan mewujudkan rasa cinta tanah air (nasionalisme).
  3. Nilai mandiri. Hal ini dimaksudkan karena pajak sebagai sumber utama pendapatan negara. Apabila masyarakatnya sadar akan membayar pajak, hal ini akan membantu pembiayaan pengeluaran negaranya sendiri tanpa perlu berhutang kepada negara asing. Karena dengan membayar pajak, Indonesia akan dapat mandiri dalam membiayai pengeluaran pembangunan nasionalnya.
  4. Nilai integritas. Sistem perpajakan di Indonesia menganut sistem self-assessment. Dimana wajib pajak diberikan kepercayaan dalam menghitung, membayar, dan melaporkan pajaknya sendiri. Maksud dari nilai integritas yang terkandung adalah wajib pajak  dituntut memiliki pribadi yang jujur dan karakter yang kuat.
  5. Nilai gotong royong. Hal ini dimaksudkan karena membayar pajak merupakan kewajiban setiap wajib pajak secara sukarela dan transparan untuk membangun perekonomian nasional. Hal ini sebagai aktualisasi semangat gotong royong atau solidaritas nasional bagi seluruh warga negara.

Nah, disinilah bergunanya media pengenal pajak untuk anak usia dini sebagai media termudah untuk mengenalkan akan pentingnya membayar pajak.

Dengan media permainan seperti itu, anak-anak akan lebih mudah menangkap secara implisit apa itu arti pajak dan komponen-komponennya. Tidak hanya memahami pengertian pajak saja, tapi anak-anak dapat menafsirkan arti penting dari membayar pajak.*

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.