Ilustrasi. (Foto: voi.id)
BEIJING, DDTCNews - Munculnya central bank digital currency (CBDC) atau mata uang digital yang diterbitkan bank sentral dinilai memiliki implikasi yang signifikan terhadap aspek perpajakan.
Secara konsep, keberadaan CBDC seperti yuan digital yang diterbitkan oleh China memungkinkan pemerintah mengawasi setiap transaksi yang di masyarakat. Dengan demikian, tidak ada transaksi yang tidak dapat dilacak.
"CBDC akan membuat pengelakan pajak menjadi lebih sulit baik bagi individu maupun bagi korporasi," ujar peneliti dari American Institute for Economic Research Peter C. Earle, dikutip Senin (26/4/2021).
Sementara itu, profesor hukum University of California Omri Marian mengatakan apabila pengelakan pajak tetap dilakukan wajib pajak, pengelakan tersebut lebih sulit untuk disembunyikan. Meski demikian, ruang bagi pengelak pajak untuk menggunakan instrumen lain masih terbuka lebar.
"CBDC tidak akan memberikan efek terhadap aset kripto lain sebagai instrumen pengelakan pajak. Mereka akan menggunakan aset-aset lain tersebut," ujar Marian seperti dilansir Tax Notes International.
Berdasarkan data CBDC Tracker, tercatat ada 38 negara yang memulai kajian atas CBDC dan ada 15 negara pula yang telah memulai pengembangan CBDC. Ada 13 negara yang tercatat sudah memulai fase piloting CBDC.
Meski demikian, China tercatat sebagai satu-satunya negara yang telah menerbitkan CBDC, yakni yuan digital, dan memperbolehkan masyarakat bertransaksi dengan mata uang digital tersebut.
Per 5 April 2021, tercatat sudah ada lebih dari 100.000 orang di China yang mengunduh aplikasi yuan digital dari bank sentral dan menggunakan aplikasi tersebut untuk berbelanja.
Aplikasi digital yuan ini menarik minat publik karena bank sentral, People's Bank of China (PBC), memberikan uang secara cuma-cuma kepada masyarakat yang mengunduh aplikasi tersebut.
Untuk menjaga agar nilai yuan digital tetap sama dengan yuan berbentuk uang kertas, PBC menarik uang kertas dari peredaran setiap kali bank sentral menerbitkan yuan digital. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.