KEBIJAKAN KEPABEANAN

PMK 175/2021 Resmi Berlaku, Ini Kata Ditjen Bea Cukai

Dian Kurniati | Minggu, 06 Februari 2022 | 07:00 WIB
PMK 175/2021 Resmi Berlaku, Ini Kata Ditjen Bea Cukai

Ilustrasi. Pekerja mengawasi bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (20/1/2022). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/rwa.

JAKARTA, DDTCNews - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 175/2021 telah melakukan penyempurnaan terhadap ketentuan impor kembali atau reimpor.

Ditjen Bea dan Cukai (DJBC) menjelaskan perubahan ketentuan reimpor tersebut dilakukan untuk mendukung implementasi National Logistic Ecosystem (NLE). Ketentuan itu berlaku 60 hari sejak diundangkan pada 3 Desember 2021 atau mulai 4 Februari 2022.

"Pemerintah terus melakukan #UpayaNyata dalam rangka penyederhanaan prosedur pelayanan dan modernisasi sistem, mendukung NLE, serta memberikan kepastian hukum bagi pengguna jasa," sebut DJBC melalui akun Instagram @beacukairi, dikutip pada Minggu (6/2/2022).

Baca Juga:
Dokumen Ini Perlu Dilampirkan saat Ungkap Ketidakbenaran Pengisian SPT

DJBC menyebutkan terdapat dua pokok perubahan dalam ketentuan reimpor, yaitu penegasan terkait dengan persyaratan reimpor yang meliputi subjek, objek, dan jangka waktunya, serta otomasi pelayanan permohonan reimpor.

Pasal 3 PMK 175/2022 menyebut barang reimpor dapat diberikan pembebasan bea masuk sepanjang memenuhi sejumlah persyaratan, di antaranya importasi dilakukan oleh orang yang melakukan ekspor atas barang reimpor, serta barang yang dilakukan reimpor dapat diidentifikasi sebagai barang yang sama pada saat diekspor.

Reimpor harus dilakukan dalam waktu paling lama 2 tahun terhitung sejak tanggal pemberitahuan pabean ekspor atau tanggal bukti ekspor, dan terdapat dokumen/bukti pendukung terkait yang membuktikan barang reimpor merupakan barang yang berasal dari dalam daerah pabean.

Baca Juga:
DJBC: Pekerja Migran yang Paham Aturan, Bawa Barang Bakal Lancar

Apabila dalam jangka waktu reimpor lebih dari 2 tahun, reimpor harus dibuktikan dengan dokumen pendukung, seperti kontrak, kesepakatan, atau dokumen lain yang dipersamakan dengan itu.

Pembebasan bea masuk juga dapat diberikan atas barang yang dibawa oleh penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan pengimpor melalui barang kiriman.

Sementara itu, kriteria barang yang dapat dilakukan reimpor dan memperoleh pembebasan bea masuk, yaitu dalam kualitas sama dengan pada saat reimpor, untuk keperluan perbaikan, untuk keperluan pengerjaan, atau untuk keperluan pengujian.

Baca Juga:
Ajukan Restitusi, WP yang Penuhi Syarat Ini Diperiksa di Kantor Pajak

Terhadap barang reimpor dengan kriteria kualitas sama dengan pada saat reimpor dan untuk keperluan pengujian, akan diberikan fasilitas pembebasan bea masuk sepenuhnya.

Sementara itu, pada reimpor untuk keperluan perbaikan dan untuk keperluan pengerjaan, akan dikenakan bea masuk terhadap bagian yang diganti atau ditambahkan, biaya perbaikan atau pengerjaan, asuransi, dan biaya pengangkutan.

"Dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya pengenaan bea masuk atas barang impor kembali...yaitu nilai pabean barang yang dilakukan impor kembali; dan pembebanan tarif bea masuk dari barang jadi," bunyi Pasal 5 ayat (1) PMK 175/2021.

Baca Juga:
Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Wamenkeu Harap Investasi Makin Meningkat

Importir mengajukan permohonan kepada menteri keuangan melalui kepala kantor pabean untuk mendapatkan pembebasan bea masuk, dengan melampirkan dokumen pendukung.

Permohonan harus memuat data tentang identitas importir, rincian barang yang dimintakan pembebasan bea masuk, tujuan ekspor, kantor pabean tempat pengeluaran barang ekspor, dan nomor serta tanggal pemberitahuan pabean ekspor.

Dokumen pendukung yang dibutuhkan, antara lain pemberitahuan pabean ekspor; dokumen tentang perkiraan nilai barang dan spesifikasinya; tujuan pengiriman barang ekspor; keterangan dari pihak di luar daerah pabean yang menjelaskan alasan reimpor.

Kemudian, surat pernyataan dari importir yang menunjukkan barang yang direimpor merupakan barang yang sama dengan barang yang telah diekspor; serta dokumen pengangkutan saat ekspor dan impor berupa bill of lading dan sejenisnya. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Senin, 06 Mei 2024 | 16:15 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

DJBC: Pekerja Migran yang Paham Aturan, Bawa Barang Bakal Lancar

Senin, 06 Mei 2024 | 16:00 WIB PEMERIKSAAN PAJAK

Ajukan Restitusi, WP yang Penuhi Syarat Ini Diperiksa di Kantor Pajak

Senin, 06 Mei 2024 | 14:30 WIB PERTUMBUHAN EKONOMI

Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Wamenkeu Harap Investasi Makin Meningkat

BERITA PILIHAN
Senin, 06 Mei 2024 | 17:19 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Moeldoko: Insentif Mobil Hybrid Bisa Hambat Industri Mobil Listrik

Senin, 06 Mei 2024 | 17:00 WIB KAMUS PAJAK

Apa Itu Akuntan Publik?

Senin, 06 Mei 2024 | 16:38 WIB KINERJA EKONOMI KUARTAL I/2024

Data BPS: Pengeluaran Pemerintah dan LNPRT Tumbuh Double Digit

Senin, 06 Mei 2024 | 16:15 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

DJBC: Pekerja Migran yang Paham Aturan, Bawa Barang Bakal Lancar

Senin, 06 Mei 2024 | 16:00 WIB PEMERIKSAAN PAJAK

Ajukan Restitusi, WP yang Penuhi Syarat Ini Diperiksa di Kantor Pajak

Senin, 06 Mei 2024 | 14:45 WIB PEREKONOMIAN INDONESIA

Tingkat Pengangguran Turun ke 4,82%, Pekerja Informal Masih Dominan

Senin, 06 Mei 2024 | 14:30 WIB PERTUMBUHAN EKONOMI

Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Wamenkeu Harap Investasi Makin Meningkat

Senin, 06 Mei 2024 | 14:00 WIB LITERASI KRIPTO

Aset Kripto Berisiko Tinggi, Investor Harus Teredukasi