BANK INDONESIA

Peringkat BBB dari Fitch Ratings Raihan Tertinggi RI

Redaksi DDTCNews | Jumat, 22 Desember 2017 | 17:25 WIB
Peringkat BBB dari Fitch Ratings Raihan Tertinggi RI

JAKARTA, DDTCNews – Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan peningkatan peringkat utang Indonesia dari BBB- ke BBB oleh Fitch Ratings merupakan raihan tertinggi yang pernah dicapai Indonesia sejak 1995 silam.

“Pencapaian ini juga cerminan dari keberhasilan Indonesia dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang menjadi landasan bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan,” ujarnya melalui siaran pers, Kamis (21/12).

Ke depan, sambung Agus, bank sentral tetap berkomitmen untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.

Fitch Ratings, lembaga pemeringkat internasional, kembali menaikkan peringkat risiko utang jangka panjang valuta asing dan rupiah dengan prospek stabil. Dalam siaran persnya, Fitch menyebut ada dua kunci yang mendukung kenaikan peringkat RI.

Pertama, menguatnya sektor eksternal yang didukung oleh kebijakan makroekonomi yang secara konsisten diarahkan untuk menjaga stabilitas.

Hal ini ditunjukkan lewat kebijakan nilai tukar yang lebih fleksibel, cadangan devisa yang meningkat tajam, kebijakan moneter yang mampu mengatasi gejolak aliran modal, kebijakan makroprudensial yang mampu mengendalikan utang luar negeri korporasi, serta penetapan asumsi anggaran pemerintah yang kredibel.

Kedua, upaya sinergi pemerintah dalam reformasi struktural yang mampu meningkatkan iklim investasi, seperti tercermin dari meningkatnya peringkat kemudahan berusaha (Ease of Doing Business/EoDB). Ini juga yang mendorong penguatan sektor eksternal RI seiring naiknya Foreign Direct Investment yang bisa menutup defisit transaksi berjalan.

Baca Juga:
Stabilisasi Nilai Tukar, Cadangan Devisa Turun 4,2 Miliar Dolar AS

Fitch Ratings menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat dan beban utang pemerintah tetap rendah dibandingkan dengan negara peers. Selain itu, eksposur pemerintah dinilai terbatas atas risiko sektor perbankan. Hal ini didukung oleh rasio kecukupan modal yang tinggi dan terkendalinya kredit bermasalah.

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Kamis, 09 Mei 2024 | 10:00 WIB KEBIJAKAN MONETER

Stabilisasi Nilai Tukar, Cadangan Devisa Turun 4,2 Miliar Dolar AS

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:30 WIB PERTUMBUHAN EKONOMI

Konsumsi Masih Kuat, Proyeksi BI soal Ekonomi 2024 Tidak Berubah

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:35 WIB KEBIJAKAN MONETER

Suku Bunga Acuan BI Naik Jadi 6,25%, Dampak ke APBN Diwaspadai

BERITA PILIHAN
Jumat, 17 Mei 2024 | 20:35 WIB HUT KE-17 DDTC

Bagikan Buku Baru, Darussalam Tegaskan Lagi Komitmen DDTC

Jumat, 17 Mei 2024 | 19:51 WIB UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

KAFEB UNS, Wadah Alumni Berkontribusi untuk Kampus dan Indonesia

Jumat, 17 Mei 2024 | 19:45 WIB RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI

Sengketa Nilai Pabean atas Bea Masuk Impor Ventilator

Jumat, 17 Mei 2024 | 19:45 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Beralih Pakai Tarif PPN Umum, PKP BHPT Harus Beri Tahu KPP Dahulu

Jumat, 17 Mei 2024 | 17:30 WIB SEJARAH PAJAK INDONESIA

Mengenal Pajak Usaha yang Dikenakan ke Pedagang di Era Mataram Kuno

Jumat, 17 Mei 2024 | 17:00 WIB KAMUS CUKAI

Apa Itu Dokumen CK-1 dalam Konteks Percukaian?

Jumat, 17 Mei 2024 | 16:30 WIB PENERIMAAN PAJAK

Setoran Pajak Kripto Tembus Rp689 Miliar dalam 2 Tahun Terakhir