RIGA, DDTCNews—Penerbit buku di Latvia mendesak pemerintah mengurangi tarif pajak pertambahan nilai (PPN) atas buku. Pengurangan tersebut merupakan bentuk tindak pencegahan untuk membantu menjaga stabilitas buku di pasar nasional.
Situasi pasar buku nasional Latvia saat ini cukup baik dan stabil. Namun, para penerbit khawatir dengan pertumbuhan seluruh biaya terkait dengan penerbitan dan penjualan buku. Sebab biaya penerbitan yang besar akan memicu penurunan jumlah buku yang dapat didistribusikan.
“Tingkat pajak pertambahan nilai (PPN) untuk buku, termasuk juga buku elektronik, harus diturunkan menjadi 5% dari tarif awal sebesar 12%,” kata Renate Punka, Ketua Dewan Asosiasi Penerbit Buku Latvia, Jumat (9/8/2019).
Menurut dia, untuk pertama kalinya rata-rata jumlah buku tercetak di Latvia turun menjadi di bawah 1.000 buku. Untuk itu, Punka menekankan langkah ini akan dapat membantu peningkatan jumlah produksi di industri penerbitan buku.
Ia menambahkan rata-rata PPN buku di negara Uni Eropa 7%, sedangkan di negara tertentu 5%. Tarif pajak yang lebih rendah akan menjaga harga buku terjangkau. Penerbit dan distributor juga dapat membelanjakan lebih banyak dana untuk proyek baru dan meningkatkan jumlah buku yang dicetak.
Sebelumnya Kementerian Keuangan mengungkapkan pengurangan PPN atas buku itu akan menghabiskan anggaran negara senilai beberapa juta euro. Namun, Punka membantah dan menganggap dampak tersebut sebagai hal yang terlalu dibesar-besarkan.
Para penerbit memperkirakan pemotongan PPN yang diusulkan ini hanya akan mengurangi pendapatan anggaran Latvia kurang dari 1 juta euro atau setara dengan Rp15,9 miliar. Namun, penurunan itu akan kembali ke ekonomi dalam bentuk gaji dan peningkatan omzet.
Seperti dilansir bnn-news.com, penurunan PPN atas buku ini mendapat dukungan dari Departemen Kebudayaan. Departemen tersebut menyebutkanpengurangan tarif akan menjadi cara yang baik untuk mendukung industri penerbitan buku. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.