KEBIJAKAN PEMERINTAH

Antisipasi Dampak Iran-Israel, Airlangga: Masih Tunggu Perkembangan

Muhamad Wildan | Kamis, 18 April 2024 | 18:00 WIB
Antisipasi Dampak Iran-Israel, Airlangga: Masih Tunggu Perkembangan

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. (foto: ekon.go.id)

JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah mengaku belum menyiapkan kebijakan khusus dalam rangka merespons konflik antara Israel dan Iran.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan kebijakan khusus belum disiapkan karena tidak ada eskalasi lebih lanjut antara para pihak yang berkonflik.

"Sekarang, kita masih menunggu perkembangan. Sampai saat ini belum ada eskalasi. Kalau belum ada eskalasi ya tentu kita tidak perlu merespons hal yang belum terjadi," katanya, Kamis (18/4/2024).

Baca Juga:
Kapan Sisa Lebih Badan atau Lembaga Nirlaba Pendidikan Jadi Objek PPh?

Terkait dengan perlemahan nilai tukar rupiah dalam beberapa pekan terakhir, lanjut Airlangga, hal itu lebih disebabkan oleh bank Sentra AS The Fed yang diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuan.

Menurutnya, suku bunga The Fed yang tinggi saat ini mendorong penguatan nilai tukar dolar AS dan memperlemah nilai tukar mata uang berbagai negara termasuk rupiah.

"Dolar AS kuat sendirian, berbagai negara turun termasuk Indonesia. Namun, turunnya Indonesia tak sedalam yang lain. Jadi, walaupun turun, kita masih di atas China, Thailand, dan Malaysia. Indeks dolar AS kita relatif aman," tuturnya.

Baca Juga:
Setoran Cukai Minuman Alkohol Tumbuh 6,58 Persen pada Kuartal I/2024

Airlangga memastikan bahwa pemerintah berupaya untuk tetap menjaga kepercayaan investor guna mempertahankan nilai tukar rupiah dan mencegah terjadinya capital outflow.

Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menjelaskan laju inflasi di AS masih lebih tinggi ketimbang perkiraan para analis. Akibat hal tersebut, pemerintah memperkirakan The Fed akan tetap mempertahankan suku bunga dan dolar AS bakal menguat.

"Perkiraan AS akan menurunkan suku bunga menjadi kayaknya belum ini. Kalau belum ya berarti higher for longer. Dengan begitu, di tingkat global terjadi pergerakan, dolar AS-nya dicari lagi," katanya. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
BERITA PILIHAN
Rabu, 01 Mei 2024 | 15:45 WIB DDTC - SMA 8 YOGYAKARTA

Peringati Hardiknas, SMAN 8 Yogyakarta Gelar Webinar Gratis!

Rabu, 01 Mei 2024 | 13:00 WIB KELAS PPH PASAL 21 (4)

Memahami Pengurang Penghasilan dalam PPh Pasal 21

Rabu, 01 Mei 2024 | 12:00 WIB KOTA BANJARBARU

Pemkot Patok Tarif 40% Pajak Jasa Hiburan Karaoke dan Spa

Rabu, 01 Mei 2024 | 11:30 WIB PAJAK PENGHASILAN

Begini Cara Hitung Angsuran PPh Pasal 25 BUMN dan BUMD

Rabu, 01 Mei 2024 | 10:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Kriteria-Perbedaan Barang Kiriman Hasil Perdagangan dan Nonperdagangan

Rabu, 01 Mei 2024 | 09:33 WIB KURS PAJAK 01 MEI 2024 - 07 MEI 2024

Berjalan Sebulan Lebih, Kurs Pajak Berlanjut Melemah terhadap Dolar AS