Ilustrasi.
JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah tengah bersiap merombak postur APBN 2022. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan perubahan postur APBN dilakukan di tengah kenaikan harga berbagai komoditas global.
Menurutnya, pemerintah akan menggunakan APBN sebagai shock absorber untuk menjaga pemulihan ekonomi tetap berlanjut dengan melindungi daya beli masyarakat di tengah kenaikan harga komoditas.
"APBN akan menyerap banyak sekali syok yang berasal dari luar," katanya, dikutip Selasa (11/5/2022).
Sri Mulyani mengatakan kenaikan berbagai harga komoditas pada satu sisi telah membawa berkah pada pendapatan negara, baik dari perpajakan maupun penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Dia pun memperkirakan pendapatan negara akan tumbuh hingga 11% pada tahun ini.
Namun di sisi lain, kenaikan harga komoditas dapat menimbulkan lonjakan laju inflasi dan menggerus daya beli masyarakat yang sudah berangsur pulih setelah tertekan akibat pandemi Covid-19. Oleh karena itu, pemerintah akan mengalokasikan tambahan penerimaan tersebut untuk program-program perlindungan masyarakat.
"Uang yang sudah ada ini teralokasikan untuk membuat bantalan-bantalan dari syok yang begitu dahsyat, yang bisa mengancam dari sisi daya beli masyarakat, yang bisa berpotensi secara politis dan sosial," ujarnya.
Sri Mulyani menjelaskan selama ini pemerintah sudah berupaya menahan dampak kenaikan harga komoditas kepada masyarakat. Misalnya dengan menahan tarif dasar listrik dan bahan bakar minyak kecuali Pertamax. Padahal, harga minyak dunia saat ini sudah menyentuh level US$100 per barel.
Dia menyebut rencana perubahan postur APBN 2022 sudah mulai dibahas di sidang kabinet bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi). Nantinya, rencana tersebut juga akan dibicarakan bersama DPR.
"Implikasinya nanti postur APBN-nya berubah. Ini dalam 2 bulan ke depan kami akan bicara dengan DPR lagi," imbuhnya. (sap)