(foto: Kemenko Perekonomian)
JAKARTA, DDTCNews – Agenda transformasi ekonomi menjadi perhatian serius pemerintah. Insentif fiskal ditawarkan agar dunia usaha ikut serta dalam rencana pemerintah.
Hal ini diungkapkan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat menjadi pembicara dalam acara seminar nasional bertajuk ‘Membangun Optimisme di Tengah Ketidakpastian Global’. Menurutnya, sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter menjadi kunci keberhasilan transformasi ekonomi.
"Sinergi kebijakan fiskal dan moneter, reformasi struktural, serta sustainability inilah yang menjadi pendorong transformasi ekonomi," katanya di Wisma Antara, Senin (3/2/2020).
Airlangga menuturkan dari sisi kebijakan fiskal, opsi insentif masih menjadi stimulus dalam menarik minat swasta dalam melakukan transformasi ekonomi. Sektor swasta diharapkan ikut berperan dalam memperbaiki kualitas SDM dan meningkatkan porsi manufaktur dalam perekonomian nasional.
Oleh karena itu, insentif pajak diberikan dengan berbagai macam bentuk. Insentif seperti tax holiday, tax allowance, dan super tax deduction merupakan deretan insentif yang tetap ditawarkan ntuk mendorong keterlibatan pelaku usaha dalam meningkatkan perekonomian nasional.
"Kita juga mendorong peran dunia usaha dan industri dalam kegiatan pengembangan SDM melalui kegiatan vokasi dengan insentif pajak berupa fasilitas pemotongan pajak hingga 200% dari biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan vokasi," ungkapnya.
Airlangga menekankan pentingnya sektor manufaktur dalam agenda transformasi ekonomi ini. Dia menyebut sektor usaha industri pengolahan sebagai ladang terbesar dalam penciptaan lapangan kerja baru. Oleh karena itu, tidak heran banyak fasilitas fiskal ditujukan untuk sektor usaha ini.
Selain insentif, pemerintah juga mengeluarkan Daftar Prioritas Investasi (DPI) sebagai bagian dari relaksasi kebijakan Daftar Negatif Investasi (DNI). Daftar prioritas ini menjadi panduan baru pelaku usaha dalam melakukan kegiatan investasi di Tanah Air.
"Kunci optimisme dalam perekonomian Indonesia ada di pasar domestik maka itu harus diperkuat. Selanjutnya, pasar ekspor juga terus didorong, sembari kita mencari substitusi impor,” imbuh Airlangga. (kaw)