Sejumlah bocah bermain di area persawahan yang terdampak kekeringan akibat musim kemarau di Desa Pajukukang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Minggu (25/6/2023). ANTARA FOTO/Arnas Padda/foc.
JAKARTA, DDTCNews - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan puncak El Nino akan terjadi pada Agustus hingga September 2023.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan El Nino pada bulan depan diprediksi akan memiliki intensitas lemah hingga moderat. Walau demikian, El Nino tetap akan memengaruhi ketersediaan air dan berpotensi menimbulkan kekeringan.
"Tadi sudah dikoordinasikan antisipasinya, sudah dimulai sejak bulan Februari-April itu sudah berjalan, perlu diperkuat," kata Dwikorita, Selasa (18/7/2023).
Tak hanya menimbulkan kekeringan, Dwikorita mengatakan El Nino juga berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi basah. Artinya, terdapat daerah yang berpotensi mengalami banjir akibat El Nino.
"Indonesia ini dipengaruhi oleh 2 samudra dan juga topografinya yang bergunung-gunung di khatulistiwa, masih tetap ada kemungkinan satu wilayah mengalami kekeringan, tetangganya mengalami banjir atau bencana hidrometeorologi. Artinya, bukan berarti seluruhnya serempak kering, ada di sela-sela itu yang juga mengalami bencana hidrometeorologi basah," ujar Dwikorita.
Dwikorita pun mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat untuk berperan aktif menjaga lingkungan dan memantau perkembangan cuaca dari BMKG.
"Kami juga mengimbau selain terus menjaga lingkungan, mengatur tata kelola air, kemudian juga beradaptasi terhadap pola tanam, juga terus memonitor perkembangan informasi cuaca dan iklim yang sangat dinamis dari waktu ke waktu dari BMKG," ujar Dwikorita.
Untuk diketahui, El Nino adalah pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan suhu muka laut meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik dan mengurangi curah hujan di Indonesia.
Kementerian PPN/Bappenas sebelumnya mengungkapkan produksi padi Indonesia bisa turun hingga 5 juta ton akibat El Nino.
Adapun Bank Indonesia (BI) memperkirakan harga beras dan produk-produk hortikultura berpotensi naik akibat El Nino.
"Kita sudah mencoba memasukkan [El Nino] ke dalam proyeksi inflasi kita. Beberapa negara sudah kena, di Indonesia itu akan mulai sekitar Juli dan paling besar di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Sumatera, dan Sulawesi," ujar Deputi Gubernur BI Aida S. Budiman pada bulan lalu.
Pemerintah pun memproyeksikan inflasi pada tahun ini akan mencapai 3,3% hingga 3,7%. Meski imported inflation mulai mereda, pemerintah masih mengantisipasi potensi kenaikan inflasi akibat perang antara Rusia dan Ukraina serta El Nino. (sap)