Warga mengamati pemandangan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (25/9/2023). BPS mencatat pada kuartal II-2023 ekonomi Indonesia tumbuh 5,17 persen, dimana pertumbuhan tersebut adalah yang tertinggi sejak kuartal III-2022. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Keuangan menyatakan akan terus memantau secara cermat dampak perlambatan ekonomi global terhadap ekspor nasional.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan perlambatan ekonomi global menjadi tantangan yang makin kompleks dalam beberapa waktu terakhir. Meski demikian, pemerintah tetap optimistis dan berkomitmen untuk mengatasi dampak dari perlambatan global tersebut.
"Pemerintah juga telah menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama," katanya, Selasa (17/10/2023).
Febrio mengatakan kinerja ekspor Indonesia termasuk yang mengalami penurunan karena moderasi harga komoditas dan perlambatan ekonomi global. Pada September 2023, ekspor Indonesia tercatat senilai US$20,76 miliar atau mengalami kontraksi sebesar 16,17% secara tahunan dari basis angka yang tinggi pada tahun lalu.
Kontraksi ini utamanya terjadi pada sektor industri dan pertambangan.
Sementara dari sisi impor, nilainya tercatat US$17,34 miliar atau terkontraksi 12,45% secara tahunan. Penurunan nilai impor terjadi pada bahan baku/penolong dan barang modal, sementara impor barang konsumsi masih tumbuh sebesar 4,74%.
Dia menjelaskan penurunan nilai ekspor dan impor tidak hanya dialami Indonesia, melainkan juga pada banyak negara mitra dagang utama Indonesia. Menurutnya, negara seperti China, India, Amerika Serikat, Vietnam, dan Korea Selatan juga mengalami kontraksi ekspor dan impor, sejalan dengan tren perlambatan ekonomi global.
Meskipun nilai ekspor mengalami penurunan, lanjutnya, volume ekspor Indonesia masih menunjukkan peningkatan sebesar 7,29% selama periode Januari hingga September 2023.
"Volume ekspor unggulan Indonesia seperti bahan bakar mineral termasuk batu bara, minyak hewani atau nabati, besi baja, dan juga nikel masih mengalami peningkatan yang cukup signifikan," ujarnya.
Febrio menambahkan neraca perdagangan Indonesia juga kembali mencatatkan surplus senilai US$3,42 miliar pada September 2023. Surplus ini telah terjadi selama 41 bulan berturut-turut.
Dia menilai surplus neraca perdagangan tersebut menjadi hal positif di tengah tren moderasi harga komoditas dan perlambatan kinerja pertumbuhan ekonomi global. (sap)