KEBIJAKAN MONETER

Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan

Redaksi DDTCNews
Kamis, 21 Maret 2019 | 18.45 WIB
Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan

Jajaran Dewan Gubernur BI dalam konferensi pers, Kamis (21/3/2019). 

JAKARTA, DDTCNews – Bank Indonesia (BI) menahan dosis kebijakan moneternya. Dosis yang ada saat ini dinilai masih cukup untuk memperkuat stabilitas perekonomian Tanah Air.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 20—21 Maret 2019, otoritas memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.

“Keputusan tersebut konsisten dengan upaya memperkuat stabilitas eksternal perekonomian, khususnya untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik,” jelas BI dalam keterangan resminya, Kamis (21/3/2019).

Kendati tetap mempertahankan suku bunga acuan yang hampir maksimal ini, BI mengaku akan menempuh beberapa kebijakan lain yang akomodatif untuk mendorong permintaan domestik. Hal ini dilakukan untuk mendukung momentum pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan tersebut antara lain pertama, terus menempuh strategi operasi moneter untuk meningkatkan ketersediaan likuiditas melalui transaksi term-repo secara reguler dan terjadwal, selain FX Swap. Kedua, memperkuat kebijakan makroprudensial yang akomodatif.

Kebijakan makroprudensial yang akomodatif itu ditempuh dengan menaikkan kisaran batasan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) dari 80%-92% menjadi 84%-94%. Ini penting untuk mendukung pembiayaan perbankan bagi dunia usaha.

Ketiga, mengakselerasi kebijakan pendalaman pasar keuangan. Kempat, memperkuat kebijakan sistem pembayaran untuk mendukung kegiatan ekonomi dan keuangan inklusif. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memperluas program elektronifikasi untuk penyaluran bansos, transportasi, dan keuangan pemerintah daerah.

Menurut BI, koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait akan diperkuat untuk menjaga stabilitas ekonomi, terutama dalam konteks pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan serta menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di masa mendatang.

“Khususnya dalam mendorong permintaan domestik dan menjaga stabilitas eksternal dengan mendorong ekspor, pariwisata, dan aliran modal asing,” imbuh BI. (kaw)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.