JEAN-BAPTISTE COLBERT:

'Seperti Mencabut Bulu Angsa'

Redaksi DDTCNews | Selasa, 26 Maret 2019 | 15:07 WIB
'Seperti Mencabut Bulu Angsa'

Jean-Baptiste Colbert.

PERANCIS pada abad ke-17 adalah sebuah noktah yang resah. Wilayah ini baru selesai dari perang agama yang melelahkan, antara Protestan dan Katolik. Namun, kekuatan-kekuatan Eropa saat itu sudah mulai menyebar ke seantero dunia seiring pasangnya gelombang merkantilisme.

Inggris sudah menguasai Amerika Utara dan Amerika Selatan, juga India dan Spanyol. Belanda juga memiliki daerah kekuasaan di sebagian India, dan Hindia Timur. Perancis sendiri sudah mulai menjajah sebagian kawasan Amerika Utara, dan sejumlah pulau di Laut Karibia.

Dalam suasana seperti itulah, di Reims, kota 130 km di sisi timur Paris, Jean-Baptiste Colbert lahir. Ayahnya seorang pedagang. Pada usia 10 tahun, saat masih bersekolah di asrama Jesuit, keluarganya pindah ke Paris, mengikuti ayahnya yang ditarik bekerja oleh sebuah bank.

Baca Juga:
'Belanda Tidak Punya Hak Lagi atas Indonesia'

Setelah lulus, ayahnya mengirimnya ke Lyon, kota lain 470 km di sisi tenggara Paris, untuk magang di sebuah bank. Pada usia 21 tahun, ayahnya memasukkannya ke kantor negara bagian. Colbertpun menjadi birokrat, hingga akhirnya menjadi Menteri Keuangan Perancis.

Di bawah kekuasaan Raja Louis XIV, Menkeu Colbert terus mendorong merkantilisme Perancis. Ia meningkatkan industri manufaktur, membatasi impor dan mendorong ekspor, hingga memperbesar koloni dan membalikkan neraca perdagangan menjadi positif.

Tujuan merkantilisme itu tidak lain adalah untuk meningkatkan penerimaan negara. Karena itu, pada saat yang sama Colbert juga memulai reformasi pajak warisan abad pertengahan. Ia menata kembali struktur penerimaan pajak dan memperbaiki administrasinya.

Baca Juga:
Apa yang Membuat Orang Jawa Begitu Miskin?

Ia mengenakan pajak pada kaum bangsawan, sekaligus menarik piutang pemerintah yang telanjur diberikan ke kaum petani. “The art of taxation is the art of plucking the goose so as to get the largest possible amount of feathers with the least possible squealing,” katanya.

Untuk menyukseskan reformasi pajaknya, Colbert menyebarluaskan gagasan bahwa kekayaan dan ekonomi Perancis harus diarahkan untuk melayani negara. Karena itu, intervensi negara dibutuhkan untuk dapat mengamankan bagian terbesar dari sumberdaya ekonomi yang terbatas.

Colbert memimpin kebijakan ekonomi Perancis di bawah kekuasaan Raja Louis XIV dari 1661-1683. Ia percaya pada doktrin merkantilisme bahwa perluasan perdagangan dan pemeliharaan keseimbangan perdagangan yang menguntungkan adalah kunci kekayaan negara.

Baca Juga:
'Dana Pajak Ini untuk Meredam Dampak Ekonomi Pasar'

Kebijakannya—yang kemudian dikenal sebagai Colbertisme—semuanya mengarah ke situ. Menkeu Colbert juga mendirikan kamar dagang, mengalihkan modal ke industri substitusi ekspor dan impor, membuat sistem proteksi tarif dan bea, serta menghalangi orang asing berdagang di daerah koloni.

Sayangnya, Colbert tidak tertarik pada perdagangan domestik. Menurutnya, sektor tersebut tidak menghasilkan apa pun bagi kekayaan negara. Pembatasan dan tarif domestik pergerakan barang dan tenaga kerja antardaerah tetap diberlakukan. Sistem pajak Perancis yang sangat regresif diperkuat.

Di sisi lain, sejalan dengan keinginan Colbert menggenjot ekspor terutama industri minuman anggur, terjadi perubahan pola sekaligus persaingan penggunaan lahan kering. Akibatnya, beberapa daerah di Perancis pun nyaris mengalami kekurangan bahan pangan.

Baca Juga:
'Saya Harus Memberi Contoh Demokrasi'

Dari situlah paradoks Colbertisme muncul. Sistem ekonomi itu menghasilkan ekonomi berorientasi ekspor yang progresif, tetapi pada saat yang sama membiarkan ekonomi domestik stagnan. Paradoks inilah yang memicu kritik perlunya dilakukan reformasi sistem fiskal dan komersial oleh Colbert.

Akan tetapi, Colbertisme itu terus bertahan di Prancis sampai abad ke 18. Hingga pada masa Menkeu Anne Robert Jacques Turgot—yang sebagian referensi menulis dialah yang mengatakan kutipan tadi—sebagian besar sistem Colbertisme itu akhirnya dibongkar.

Namun, reformasi Turgot itu terlalu kecil dan terlambat. Ketegangan yang diciptakan oleh paradoks Colbertisme, juga ketidakmampuan penerus Colbert memperbaikinya, adalah salah satu penyebab mendasar, jika bukan penyebab utama, Revolusi Perancis 1789. (Bsi)


Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Kamis, 03 Juni 2021 | 16:07 WIB A.A. MARAMIS:

'Belanda Tidak Punya Hak Lagi atas Indonesia'

Kamis, 06 Mei 2021 | 16:29 WIB R.A. KARTINI:

Apa yang Membuat Orang Jawa Begitu Miskin?

Rabu, 14 April 2021 | 13:50 WIB MIKHAIL S. GORBACHEV:

'Dana Pajak Ini untuk Meredam Dampak Ekonomi Pasar'

Rabu, 17 Maret 2021 | 18:08 WIB BJ. HABIBIE:

'Saya Harus Memberi Contoh Demokrasi'

BERITA PILIHAN
Selasa, 16 April 2024 | 16:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Bunga Tabungan di Bawah Rp7,5 Juta Tak Kena Pajak, Tetap Masuk di SPT

Selasa, 16 April 2024 | 16:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Tarif PPN untuk 5 Jasa Tertentu Ini Bakal Naik Tahun Depan, Asalkan...

Selasa, 16 April 2024 | 15:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Ajukan Perpanjangan Lapor SPT, WP Badan Harus Lunasi Dulu PPh Terutang

Selasa, 16 April 2024 | 15:00 WIB PELAPORAN PAJAK

Agar Lapor SPT Tahunan Lancar, DJP Sarankan WP Badan Siapkan Hal Ini

Selasa, 16 April 2024 | 14:30 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Penjualan Emas kepada Pihak-Pihak Tertentu yang Tidak Dipungut PPh 22

Selasa, 16 April 2024 | 14:25 WIB KEBIJAKAN EKONOMI

Antisipasi Dampak Perang Iran-Israel, APBN Tetap Jadi Bantalan

Selasa, 16 April 2024 | 14:00 WIB LAYANAN BEA DAN CUKAI

Modus Penipuan Catut Bea Cukai, Pelaku Kerap Berikan Nomor Resi Palsu

Selasa, 16 April 2024 | 13:30 WIB LAYANAN KEPABEANAN

Bebas Utang Pajak Jadi Syarat Penunjukan Mitra Utama Kepabeanan

Selasa, 16 April 2024 | 13:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

WP Badan Jangan Mepet Deadline Saat Lapor SPT Tahunan, Ini Risikonya