JAKARTA, DDTCNews – Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mewarnai sistem keuangan dalam triwulan I 2018. Paduan kebijakan moneter dan fiskal diharapkan dapat meredam gejolak akibat faktor eksternal tersebut.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Dia mengatakan penyesuaian suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) bisa menjadi instrumen untuk meredam penguatan dolar AS.
"Pilihannya antara kurs dengan tingkat bunga. Jadi, kalau tekanan kursnya berjalan terus, pasti adjustment-nya di tingkat bunga," katanya di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rabu (2/5).
Seperti yang diketahui, dalam beberapa kesempatan BI menyatakan tidak menutup kemungkinan dilakukan penyesuaian suku bunga acuan. Hal ini terbuka untuk dilakukan jika pelemahan rupiah mengancam stabilitas sistem keuangan.
Sejauh ini, bank sentral masih menahan bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) dan terhitung cukup lama, di mana sejak September 2017 suku bunga acuan BI tidak berubah dan berada di angka 4,25%.
Karena itu, paduan kebijakan moneter bank sentral dan kebijakan fiskal pemerintah dapat dilakukan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan ekonomi secara keseluruhan.
"Artinya, itu satu cara yang biasanya berpengaruh untuk meredam atau memperlambat, kalau bisa menghentikan," tambah Darmin.
Seperti yang diketahui, bila nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan, maka berpotensi untuk memicu inflasi. Namun, menurut Darmin, inflasi pada Maret yang sebesar 0,10% masih sejalan dengan target pemerintah. Ia bahkan memperkirakan, inflasi pada momen Ramadan dan lebaran akan tetap terkendali.