Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berjanji akan mengenakan tarif bea masuk 10% terhadap tambahan impor asal China senilai USS300 miliar bulan depan. Trump mengambil tindakan ini karena merasa frustasi akibat proses negosiasi dengan Cina yang tak membuahkan hasil.
Trump mengenakan tarif baru itu sebagai tambahan atas tarif 25% yang sebelumnya telah dikenakan terhadap impor asal China senilai US$250 miliar. Pengenaan tarif itu membuat Amerika Serikat mengenakan pajak pada hampir semua barang yang dikirim Cina ke Amerika Serikat.
"Sebelum ada kesepakatan yang tercapai, kami akan tetap mengenakan pajak pada mereka," kata Trump, Jumat (2/8/2019).
Trump menempuh langkah ini setelah Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, dan Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer, mengakhiri diskusi dengan China. Pasalnya diskusi yang ditujukan untuk mencapai kesepakatan perdagangan yang komprehensif ini justru semakin sulit dipahami.
Sebenarnya Trump telah sepakat untuk tidak mengenakan tarif lebih banyak setelah bertemu dengan presiden China, Xi Jinping, pada Juni lalu. Berdasarkan kesepakatan itu Trump juga setuju untuk memulai kembali diskusi perdagangan.
Namun, Trump mengatakan akan terus maju dengan pungutan tarif baru pada 1 September 2019 sebagai bentuk hukuman bagi Pemerintah China. Presiden Amerika Serikat ini memberikan hukuman karena menganggap China tidak memenuhi komitmennya.
Menurut Trump komitmen yang dilanggar termasuk kesepakatan untuk China membeli lebih banyak produk pertanian Amerika dan membendung aliran fentanyl–obat pereda nyeri–ke Amerika Serikat.
Banyak pihak yang menganggap langkah Trump ini justru akan meningkatkan kemungkinan konflik berkepanjangan antara dua negara ini. Namun, Trump percaya kondisi ekonomi AS yang kuat akan menempatkannya di posisi yang lebih unggul daripada China.
Menanggapi hal ini Wang Yi, Menteri Luar Negeri China, menyebut penambahan tarif itu bukanlah cara yang tepat untuk menyelesaikan gesekan ekonomi dan perdagangan.
Selain itu, Jonathan Gold, Wakil Presiden Rantai Pasokan dan Kebijakan Bea Cukai di National Retail Federation, menjelaskan jika pemerintah atau perusahaan China tidak membayar tarif ini secara langsung. Pihak yang sebenarnya terbebani adalah perusahaan AS yang melakukan impor.
"Ini akan berdampak pada setiap orang Amerika yang berbelanja. Perusahaan dan konsumen AS yang membayar tarif, bukan orang China," katanya sebagaimana dilansir nytimes.com. (MG-Nor/Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.