NEW YORK, DDTCNews – 2018 menjadi tahun bonus bagi kelas pekerja di Amerika Serikat (AS). Perusahaan berbondong-bondong memberikan bonus dan manfaat lain kepada karyawannya sebagai imbas pemotongan pajak yang efektif berlaku tahun ini.
Pasca-reformasi pajak resmi diteken oleh Presiden Trump, perusahaan merilis pembagian bonus hingga menaikkan upah minimum. Disney contohnya, memberikan bonus US$1.000 atau Rp13 juta kepada 125.000 pekerjanya. Kemudian, ada manufaktur otomotif Fiat Chrysler yang memberikan bonus US$2.000 atau Rp26,8 juta untuk 60.000 pekerjanya.
Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan bagian dari 250 entitas bisnis yang telah mengumumkan bonus, kenaikan gaji hingga melakukan investasi domestik dengan alasan pemotongan pajak. Pengumuman tersebut kemudian menjadi bahan perbincangan apakah perombakan sistem pajak ini menguntungkan kelas pekerja di negeri Paman Sam.
Orang nomor satu di AS, Donald Trump, kerap kali memberikan keterangan pers hingga cuitan di akun twitter-nya perihal reformasi pajak ini. Penciptaan lebih banyak lapangan kerja, manfaat bagi pekerja berupa bonus dan kenaikan upah menjadi dua poin penting yang ia tekankan dari reformasi pajak AS.
Namun, hal berbeda diungkapkan Serikat Pekerja di raksasa telekomunikasi AT&T, perusahaan yang jadi bagian dari 250 entitas bisnis yang memberikan bonus pasca reformasi pajak. Menurut Jubir Serikat Pekerja AT&T Beth Allen, hal tersebut tidak sepenuhnya dinikmati oleh para pekerjanya.
“Dalam konteks yang lebih luas, manfaat yang dirasakan oleh pekerja tidaklah signifikan,” katanya , Jumat (26/1).
Pasalnya, saat ini pihak perusahaan tengah melakukan negosiasi alot dengan serikat pekerja terkait rencana PHK untuk 1.000 orang pegawai. Padalah saat reformasi pajak diteken, AT&T berjanji untuk memberikan bonus US$1.000 untuk lebih dari 200.000 karyawannya dan juga akan melakukan investasi domestik sebesar US$1 miliar pada tahun ini.
“Kami melihat kebijakan ini apa adanya. Karena pekerja kami di AT&T tengah menghadapi situasi pemutusan hubungan kerja pada waktu yang bersamaan,” terangnya dilansir BBC.
Serupa namun tak sama, raksasa ritel dan properti Walmart mengumumkan rencana kenaikan upah minimum menjadi US$11 per jam dan menawarkan bonus hingga US$1.000. Belakangan muncul kabar bahwasanya perusahaan telah menutup 63 gerai ritel Sam`s Club dan memberhentikan ribuan pekerjanya.
Oleh karena itu, reformasi pajak memang memberikan dampak instan bagi perekonomian AS. Namun, mengutip jawaban Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Janet Yellen saat ditanya perihal dampak pemotongan pajak, jawabnya pun singkat, “masih banyak ketidakpastian” dan hal tersebut berlaku untuk kelas pekerja Amerika saat ini. (Amu)