DDTC ACADEMY - IN HOUSE TRAINING

Langka! Haru dan Tawa Hiasi Kuliah Pajak dari Founder DDTC

DDTC Academy
Kamis, 05 Desember 2024 | 10.30 WIB
Langka! Haru dan Tawa Hiasi Kuliah Pajak dari Founder DDTC

Founder DDTC Danny Septriadi saat memberikan materi di kelas Audit dan Negosiasi Pajak, Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI).

DDTCNews, JAKARTA - Siapa sangka, kepakaran dan prestasi Danny Septriadi di bidang transfer pricing lahir akibat rasa kecewa.

Danny saat ini tercatat sebagai praktisi pajak yang berpengalaman menangani kasus transfer pricing di pengadilan pajak Indonesia. Founder DDTC itu juga telah menyabet beberapa penghargaan internasional, di antaranya World’s Leading Transfer Pricing Advisers 2015-2019 dari Expert Guides, World’s Leading Transfer Pricing Advisers 2020 dari International Tax Review (ITR), serta Highly Regarded Practitioner 2025 bidang indirect tax dan transfer pricing dari ITR pula.

Namun, semua itu tak mungkin diraihnya, andai pada 1999 silam Danny gagal bangkit dari keterpurukannya. Pada masa itu, transfer pricing masih memakai aturan lama yang kurang akomodatif dan belum banyak sengketanya di Indonesia. Di tengah keterbatasan itu, Danny –yang sedang merintis karier sebagai staf pajak– harus menangani kasus transfer pricing perusahaannya. Sayang, walau sudah mempelajari betul kasusnya dan mempersiapkan dengan maksimal, hasil dari pemeriksaan pajak membuatnya kecewa berat. 

Walau sempat putus asa sampai tidak mau lagi membaca –bahkan memegang– buku peraturan perundang-undangan pajak selama 6 bulan, Danny akhirnya berhasil mengumpulkan motivasi untuk melanjutkan studi S2 di Universitas Indonesia. Transfer pricing pun dia jadikan sebagai tesis sebagai bentuk 'balas dendam' akan kurangnya pemahaman dan pengalaman yang dimilikinya kala itu. 

Ternyata, saat menulis tesis itulah, Danny seperti menjemput keberkahan. Dirinya jadi bisa intens berdiskusi dengan Darussalam yang saat itu merupakan dosennya. Keduanya pada akhirnya bermitra mendirikan DDTC, yang dalam kurun 17 tahun terakhir melesat sebagai penyedia jasa konsultasi transfer pricing level global. Pengakuan prestasi DDTC di level internasional itu antara lain Transfer Pricing Firm of the Year (2021), Pro Bono Firm of the Year tingkat Asia-Pasifik (2022 dan 2024), serta Tax Dispute Firm of the Year (2024). Baca juga, Hilangkan Stres, Praktisi Pajak Pelajari Humor untuk Terapi Diri.

Cerita tersebut memantik diskusi akan krusialnya resiliensi di profesi bidang pajak. Danny kemudian mempersilakan mahasiswanya di kelas Audit dan Negosiasi Pajak, FEB Magister Akuntansi, Universitas Indonesia, untuk saling berbagi pengalaman bagaimana resiliensi bisa amat berpengaruh di tengah tekanan profesi dan studinya. Tak terduga, kelas yang berlangsung pada September lalu di lantai 1 Menara DDTC, Kelapa Gading, Jakarta Utara, tersebut berisi cerita-cerita lucu hingga haru.

Ada cerita dari seorang mahasiswa yang juga berprofesi sebagai staf pajak di sebuah korporat. Dirinya sempat jengkel akibat pekerjaannya kerap diremehkan. “Padahal urusan pajak itu banyak dan ribet. Terus, begitu ada kasus, boom, direksi bisa pamit tuh!” kelakarnya. 

Mahasiswa tersebut juga sedang berusaha menata ulang mindset-nya, bahwa kompetensinya sangat dibutuhkan selama dia terus belajar dan mengasah skill. Salah satunya dia wujudkan dengan melanjutkan studi magister di tengah beban kerja (workload) yang tetap tinggi.

Mahasiswa lain, yang juga seorang fiskus, mengatakan kalau mutasi adalah salah satu risiko dalam pekerjaannya. Walau sudah siap akan konsekuensi tersebut sejak awal menjadi ASN, dia sempat kaget dan kecewa karena pernah dimutasi ke lokasi yang sama sekali tidak diprediksi apalagi diinginkannya.

Akan tetapi setelah dijalani, justru dirinya mendapat berkah tersembunyi akibat mutasi tersebut. Tak lama setelah dimutasi, istrinya meraih beasiswa belajar saat pandemi. Karena dilakukan sepenuhnya secara daring, istrinya pun bisa menyusul ke kabupaten tempat fiskus itu bertugas. 

Tak berhenti di sana, keduanya juga mendapat rezeki momongan dan bisa tinggal lebih nyaman daripada domisili mereka sebelumnya. Sebab, daerah fiskus tersebut bertugas masih asri, alamnya indah, dan makanannya juga enak-enak.

“Ternyata benar kata Bernadya, ‘Untungnya, Bumi masih berputar. Untungnya, ku tak pilih menyerah. Untungnya, ku bisa rasa hal-hal baik yang datangnya belakangan,’” canda mahasiswa tersebut sambil bersenandung. Dia mengacu pada lagu dari seorang musisi yang sedang digandrungi anak muda saat ini. Baca juga, Cartoon Caption: Belajar Audit dan Negosiasi Pajak yang Anti-Kaku.

Bahkan, seorang mahasiswi ada yang sampai terharu saat menceritakan pengalamannya. Dia mulanya sama sekali tidak berminat untuk masuk ke bidang pajak. Jurusan yang dia incar selepas lulus SMA adalah kedokteran. 

Kendati sempat meratapi nasib, pada akhirnya dirinya mengalami sebuah kejadian yang membuatnya yakin bahwa takdir Tuhan selalu yang terbaik. Sebelumnya, mahasiswi itu sudah biasa menonton video operasi, tapi saat suatu hari temannya yang kuliah kedokteran menunjukkan sebuah video operasi yang selesai dilakukan, mendadak mahasiswi tersebut merasa panik dan takut sendiri.

Sambil mengusap air mata dengan tisu, dia sempat-sempatnya bercanda, “Mungkin saja kalau saya jadi dokter, bisa kejadian tuh gunting bedah ketinggalan di dalam tubuh pasien, saking paniknya saya.”

Inti dari kelas tersebut adalah Danny ingin menekankan bahwa profesi di bidang pajak bakal penuh dengan hal-hal yang tidak diharapkan. Maka dari itu, dia sedang giat mengampanyekan agar praktisi pajak di Indonesia memiliki kemampuan untuk bangkit dari keterpurukan atau memiliki resiliensi.

“Dari 30 tahun pengalaman saya di bidang pajak, saya sadar kita tidak bisa mengontrol seluruh hasil pekerjaan kita. Jadi, kalau sudah bekerja secara maksimal tetapi hasilnya belum sesuai dengan harapan, coba lakukan reframing! Bingkai ulang saja tragedi Anda tadi menjadi komedi,” pesan Danny.

Teknik reframing ini, meski populer di kalangan pelaku komedi, nilai dan aplikasinya universal. Komedian Kevin Hart pernah menjelaskan hal tersebut dalam otobiografinya, I Can’t Make This Up: Life Lessons (2017), sebagai berikut.

Life is a story. It’s full of chapters. And the beauty of life is that not only do you get to choose how you interpret each chapter, but your interpretation writes the next chapter. It determines whether it’s comedy or tragedy, fairy tale or horror story, rags-to-riches or riches-to-rags. 

You can’t control the events that happen to you, but you can control your interpretation of them. So why not choose the story that serves your life the best?

Baca juga, Praktisi Pajak Berhak Punya Mental Tangguh

Lebih lanjut, Danny juga merujuk pada teorema umum dalam komedi, yakni tragedy + time = comedy. Tragedi, tambah lulusan International Taxation, Vienna University of Economics and Business Administration, Austria, itu, akan menjadi cerita yang menghibur atau bahkan berkah (blessing in disguise) ketika sudah bertemu waktu yang cukup.

Merujuk lagi ke cerita Danny Septriadi di awal, kekecewaan yang dia rasakan di awal tulisan ini sudah terjawab dengan berkah melimpah. Tidak hanya bisa bertemu Darussalam sebagai partner sevisinya, pada akhirnya pengajuan keberatannya pun dikabulkan. Danny sudah membuktikan sendiri, tragedi akan berganti seiring berjalannya hari. 

Sebagai informasi, DDTC Academy sendiri konsisten mengembangkan materi untuk mengembangkan soft skills para praktisi pajak, di antaranya seni berkomunikasi dengan humor, berpikir kreatif (divergent thinking), logical fallacy (convergent thinking), serta resiliensi bagi praktisi pajak. 

Sesi pemantik cerita untuk praktisi pajak ini juga tersedia sebagai tema untuk In-House Training di perusahaan Anda. Silakan ajukan permintaan atau pertanyaan terkait melalui Whatsapp Hotline DDTC Academy (+62)812-8393-5151 (Vira). 

*Artikel ditulis oleh Ulwan Fakhri Noviadhista, peneliti Institut Humor Indonesia Kini (IHIK3). (sap)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.