Gubernur Negara Bagian New York Andrew Cuomo. (Foto: AP Photo/politico.com)
NEW YORK, DDTCNews - Negara Bagian New York, Amerika Serikat (AS), masih memiliki pertimbangan untuk meningkatkan tarif pajak meski akan menerima hibah dari pemerintah pusat sebesar US$12,5 miliar atau kurang lebih Rp178,9 triliun pada tahun ini.
Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan kenaikan tarif pajak yang dibebankan atas orang kaya masih diperlukan untuk menutup beban fiskal akibat lonjakan defisit anggaran di tengah pandemi Covid-19.
"Jangan salah, stimulus US$12,5 miliar dari pemerintah pusat sangatlah membantu. Namun, sudah berkali-kali saya bilang kami membutuhkan dana sebesar US$15 miliar. Dengan demikian, masih ada kekurangan di situ," ujarnya seperti dilansir thecentersquare.com, dikutip Selasa (9/3/2021).
Menurut Cuomo, opsi kenaikan tarif pajak masih termasuk dalam rencana anggaran 2021-2022 karena banyaknya 'kerusakan' yang harus diperbaiki akibat pandemi.
Ia mengatakan dana sebesar US$15 miliar diperlukan mengingat New York adalah negara bagian yang paling terdampak oleh pandemi Covid-19. Berdasarkan data pemerintah negara bagian, 1 juta orang terkena PHK sepanjang 2020.
Respons Pemerintah New York pada 2020 dalam menangani pandemi Covid-19 juga cenderung tidak optimal akibat mismanajemen pemerintah pusat pada masa awal virus Covid-19 mulai masuk ke AS.
Meski menimbang opsi kenaikan tarif pajak, Cuomo mengatakan pemerintah negara bagian sesungguhnya juga menyadari risiko yang dapat timbul akibat kebijakan tersebut.
Apabila tarif pajak dinaikkan, sambungnya, maka potensi wajib pajak orang kaya berpindah tempat tinggal dari New York ke negara bagian lain pun makin tinggi.
Selain menimbang opsi kenaikan tarif pajak, terdapat 2 opsi lain yang sedang ditimbang oleh pemerintah negara bagian untuk meningkatkan penerimaan yakni legalisasi ganja rekreasional dan pengenalan mobile sports betting. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.