PENERIMAAN BEA DAN CUKAI

Harga CPO Melemah, DJBC Tetap Yakin Setoran Bea Keluar Capai Target

Dian Kurniati | Kamis, 22 Juni 2023 | 10:00 WIB
Harga CPO Melemah, DJBC Tetap Yakin Setoran Bea Keluar Capai Target

Ilustrasi. Pekerja mengangkut buah kelapa sawit di kawasan PT Perkebunan Nusantara II, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (2/6/2023). ANTARA FOTO/Yudi/Ief/nz

JAKARTA, DDTCNews - Ditjen Bea dan Cukai (DJBC) optimistis target penerimaan bea keluar tetap tercapai walaupun dihadapkan pada tantangan pelemahan harga komoditas global.

Direktur Komunikasi dan Bimbingan Pengguna Jasa DJBC Nirwala Dwi Heryanto mengatakan DJBC terus berupaya mengoptimalkan penerimaan bea keluar. Menurutnya, setoran bea keluar tetap akan optimal apabila kinerja ekspor juga positif.

"Tentunya kita harus mencari sumber penerimaan yang lainnya," katanya, Kamis (22/6/2023).

Baca Juga:
Begini Penghitungan Angsuran PPh 25 Jika SPT Tahunan Telat Disampaikan

Nirwala menuturkan pelemahan harga komoditas memang berdampak pada penerimaan bea keluar. Hingga April 2023, realisasi setoran bea keluar mencapai Rp4,11 triliun, turun 72%. Kinerja tersebut setara dengan 40,22% dari target Rp10,21 triliun.

Setoran Bea Keluar dari CPO Anjlok

Kontraksi pada penerimaan bea keluar disebabkan penurunan harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO), volume ekspor mineral, serta turunnya tarif bea keluar tembaga. Pada CPO, penerimaan bea keluarnya turun 71% dipengaruhi harga CPO yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu.

Saat ini, tren penurunan harga CPO masih berlanjut. Pada periode 16-30 Juni 2023, harga referensi CPO ditetapkan senilai US$723,45 per metric ton (MT) atau turun 10,87% dari periode 1-15 Juni 2023 yang senilai US$811,68 per MT.

Baca Juga:
Pemprov DKI Nonaktifkan NIK, Apa Dampaknya ke Administrasi Pajak?

Dengan penurunan harga tersebut, tarif bea keluar atas ekspor CPO kini hanya senilai US$3 per MT, lebih rendah dari 2 pekan sebelumnya US$33 per MT.

Nirwala menyebut bea keluar tidak hanya mengandalkan ekspor CPO. Sebab, ekspor sejumlah mineral juga dikenakan bea masuk tinggi seperti bauksit.

Sebelum program hilirisasi berjalan secara penuh, komoditas tambang seperti bauksit masih bisa diekspor dengan bea masuk tambahan.

"Sementara hilirisasi belum siap dan tidak mungkin disetop, makanya dikenakan tadi [bea keluar tambahan]. Kami masih tetap optimistis [target tercapai]," ujar Nirwala. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
BERITA PILIHAN