Ilustrasi.
JAKARTA, DDTCNews – Pemangkasan tarif pajak korporasi oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menambah profit JPMorgan Chase senilai US$3,7 miliar (sekitar Rp52,3 triliun) pada 2018.
Bank terbesar di Amerika Serikat ini memperoleh laba senilai US$32,5 miliar dari total pendapatan tahun lalu senilai US$111,5 miliar. Dari jumlah tersebut, sekitar US$3,7 miliar merupakan dampak dari pemangkasan pajak korporasi yang dieksekusi Donald Trump pada akhir 2017.
CEO Jamie Dimon memuji pengurangan pajak US$1,5 triliun yang dilakukan pemerintah melalui Tax Cuts and Jobs Act (TCJA). Langkah-langkah tersebut memungkinkan perusahaan-perusahaan Negeri Paman Sam memiliki daya saing lebih tinggi dalam kompetisi internasional.
“Aturan pajak baru menetapkan tarif pajak bisnis yang membuat Amerika Serikat kompetitif di seluruh dunia dan membebaskan perusahaan-perusahaan Amerika Serikat mengembalikan keuntungan yang diperoleh di luar negeri,” jelasnya dalam laporan pada pemegang saham, seperti dikutip Jumat (5/4/2019).
Dia mengatakan kebijakan pemangkasan pajak korporasi sangat tepat mengingat selama 20 tahun terakhir sudah banyak negara-negara di dunia yang mengeksekusinya. Seperti diketahui, tarif pajak perusahaan Amerika Serikat dipangkas dari 35% menjadi 21%.
Jamie Dimon memaparkan peningkatan laba perusahaan hingga US$3,7 miliar kemungkinan akan menyusut pada tahun-tahun mendatang. Dalam jangka panjang, dia memproyeksi sebagian peningkatan akan terhapus karena perusahaan harus bersaing.
“Untuk jangka panjang, kami memproyeksi bahwa sebagian atau akhirnya sebagian besar peningkatan itu akan terhapus karena perusahaan bersaing untuk pelanggan dalam hal produk, kemampuan, dan harga,” imbuhnya, seperti dilansir Aol.
Seperti diketahui, TCJA menyederhanakan bracket pajak perorangan dan secara sementara (temporer) memangkas tarif untuk sebagian besar pembayar pajak individu. Pengurangan ini akan berakhir pada 2025, tidak seperti pemangkasan pajak perusahaan yang bersifat permanen.
Perubahan telah dipuji oleh banyak eksekutif perusahaan karena memungkinkan mereka untuk menciptakan lebih banyak pekerjaan dan meningkatkan upah. Namun, beberapa kritikus menilai undang-undang itu lebih menguntungkan perusahaan besar daripada keluarga kelas menengah. (kaw)