Salah satu jalan di Kota Wellington, Selandia Baru. Kementerian Keuangan Selandia Baru mencatat ada pertumbuhan signifikan dalam penerimaan pajak, sehingga defisit anggaran diprediksi lebih kecil dari yang ditargetkan. (Foto: greatjourneysofnz.co.nz)
WELLINGTON, DDTCNews - Kementerian Keuangan Selandia Baru mencatat terdapat pertumbuhan signifikan dalam penerimaan pajak, sehingga defisit anggaran diprediksi lebih kecil dari yang ditargetkan.
Menteri Keuangan Grant Robertson mengatakan penerimaan pajak barang dan jasa hingga September 2020 tercatat NZ$6,2 miliar (Rp60 triliun), atau NZ$1,2 miliar atau Rp11,6 triliun di atas perkiraan pemerintah.
Menurutnya, tingginya penerimaan pajak barang dan jasa juga menandakan belanja atau konsumsi masyarakat kembali menguat setelah pandemi Covid-19. "Penerimaan pajak ini lebih baik dan di atas perkiraan, sebagian besar dari pajak barang dan jasa," katanya, Selasa (10/11/2020).
Penerimaan pajak secara umum hingga 30 September 2020 tercatat NZ$22 miliar setara Rp212,9 triliun, atau NZ$2,1 miliar setara Rp20,3 triliun di atas perkiraan sebelumnya. Meski pajak barang dan jasa tumbuh signifikan, ada jenis penerimaan lain yang justru menurun seperti cukai tembakau.
Penerimaan cukai tembakau tercatat hanya NZ$123 juta setara Rp1,19 triliun atau 27,7% lebih rendah dari yang diperkirakan. Namun, kondisi itu mampu diimbangi penerimaan dari cukai alkohol yang $NZ75 juta setara Rp725,8 miliar atau 30% lebih tinggi dari perkiraan.
Sementara itu, pembiayaan utang hingga September 2020 tercatat NZ$27 miliar setara Rp261,3 triliun, lebih kecil NZ$1 miliar ekuivalen Rp9,67 triliun \dari yang diperkirakan. Hal itu utamanya karena pendanaan untuk program subsidi upah lebih rendah dari yang dianggarkan.
Sejak tahun fiskal dimulai pada Juli, defisit anggaran hingga September 2020 tercatat NZ$3,2 miliar setara Rp30,9 triliun, bahkan tidak sampai setengah dari yang diperkirakan Kementerian Keuangan senilai NZ$6,5 miliar ekuivalen Rp62,9 triliun.
Hingga September 2020, utang bersih Selandia Baru telah melonjak menjadi NZ$94 miliar setara Rp909,7 triliun atau 30,5% dari produk domestik bruto (PDB). Saat pemerintah terakhir pemerintah mengumumkan posisi utang bersih pada Mei 2020, nilainya NZ$78,7 miliar atau 25% dari PDB.
Kementerian Keuangan memperkirakan utang bersih akan menjadi NZ$130 miliar ekuivalen Rp1,25 kuadriliun pada akhir tahun fiskal hingga 30 Juni 2021. Robertson menyebut tingkat utang Selandia Baru tergolong baik dibandingkan dengan negara maju lainnya.
"Keputusan pemerintah memperkuat penanganan kesehatan dibandingkan dengan ekonomi terbukti benar. Tidak ada pedoman menangani krisis kesehatan ini, tapi kami bertindak cepat mendukung dunia bisnis ketika situasi sudah dapat dibuka," ujarnya, dilansir dari nzherald.co.nz. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.