BERITA PAJAK SEPEKAN

SP2DK dan Pemungut PPN Produk Digital Baru Jadi Topik Terpopuler

Ringkang Gumiwang | Sabtu, 21 November 2020 | 08:00 WIB
SP2DK dan Pemungut PPN Produk Digital Baru Jadi Topik Terpopuler

Gedung Ditjen Pajak. (DDTCNews)

JAKARTA, DDTCNews – Aktivitas pengawasan otoritas pajak melalui pengiriman surat permintaan penjelasan atas data dan/atau keterangan dan bertambahnya pemungut PPN produk digital menjadi berita terpopuler sepanjang pekan ini.

Pengiriman surat permintaan penjelasan atas data dan/atau keterangan (SP2DK) merupakan hal rutin dilakukan Ditjen Pajak (DJP). Namun, kegiatan pengawasan otoritas pajak itu rupanya dikeluhkan pengusaha.

Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) mengeluhkan banyaknya pengiriman SP2DK kepada wajib pajak di tengah pandemi Covid-19. Selain itu, hal itu juga tidak sejalan dengan tujuan program pemulihan ekonomi nasional (PEN).

Baca Juga:
Dirjen Pajak: Kami Tidak Akan Ambil yang Bukan Hak Negara

Untuk diketahui, SP2DK adalah surat yang diterbitkan kepala KPP untuk meminta penjelasan atas data dan/atau keterangan kepada wajib pajak terhadap dugaan belum dipenuhinya kewajiban pajak. Simak kamus pajak ‘Apa Itu SP2DK?’.

Merespon hal tersebut, Ditjen Pajak menilai SP2DJK merupakan aktivitas pengawasan yang rutin dilakukan otoritas pajak. Apalagi dengan makin banyaknya data yang diperoleh DJP, maka akan ada tindak lanjut dari KPP melalui SP2DK, konseling dan lain sebagainya.

Berita pajak terpopuler lainnya adalah Dirjen Pajak kembali menunjuk 10 perusahaan yang menjadi pemungut pajak PPN produk digital. Nanti, 10 perusahaan tersebut akan memungut PPN mulai 1 Desember 2020.

Baca Juga:
Link Aktivasi Ereg Tak Diterima dalam 24 Jam, Harus Pakai Email Lain

Kesepuluh perusahaan tersebut antara lain Cleverbridge AG Corporation, Hewlett-Packard Enterprise USA, Softlayer Dutch Holdings B.V. (IBM), PT Bukalapak.com, PT Ecart Webportal Indonesia (Lazada).

Lalu, PT Fashion Eservices Indonesia (Zalora), PT Tokopedia, PT Global Digital Niaga (Blibli.com), Valve Corporation (Steam), serta beIN Sports Asia Pte Limited. Adapun tarif PPN yang harus dibayar pelanggan sebesar 10% dari harga sebelum pajak.

Nanti, pembayaran PPN tersebut harus dicantumkan pada kuitansi atau invoice yang diterbitkan oleh penjual sebagai bukti pungut PPN. Berikut berita pajak pilihan lainnya sepanjang pekan ini 16-20 November 2020.

Baca Juga:
DJP: Pengembalian Pembayaran Pajak Hingga Maret 2024 Rp83,51 triliun

Skema Baru Sanksi Administrasi Bakal Dorong Kepatuhan Wajib Pajak
DJP optimistis skema baru sanksi administrasi pajak pada UU KUP yang telah diubah melalui UU No. 11/2020 tentang Cipta Kerja akan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Dirjen Pajak menyatakan kema sanksi administrasi pajak pada UU KUP sebagaimana diubah melalui Pasal 113 UU 11/2020 akan mendorong wajib pajak untuk membetulkan kesalahannya sendiri secara mandiri sesuai dengan sistem self assessment.

Tarif sanksi yang dikenakan atas pengungkapan ketidakbenaran dalam konteks tindak pidana pajak juga dibuat makin rendah. Sanksi yang dikenakan melalui UU Cipta Kerja hanya sebesar 100%, tidak 150% seperti yang berlaku pada UU KUP sebelum direvisi melalui Pasal 113 UU Cipta Kerja.

Baca Juga:
Periode Lapor SPT Selesai, KPP Bisa Memulai Penelitian Komprehensif

Praktik Transfer Pricing Makin Rumit, Ini Kata DJP
Seiring dengan perkembangan meningkatnya transaksi lintas batas negara, isu transfer pricing dalam konteks perpajakan dinilai makin penting, terutama dalam mencegah basis pemajakan tergerus.

DJP menyebutkan sekitar 60% transaksi internasional yang dilakukan oleh korporasi multinasional adalah transaksi yang memiliki hubungan istimewa atau related party transaction. Namun dalam perkembangannya, praktik transfer pricing saat ini justru makin rumit.

Pada level internasional, isu tersebut lantas ditindaklanjuti melalui Inclusive Framework yang mendapat mandat dari G20 untuk mendesain standar perpajakan internasional dan aggressive tax planning yang dapat menggerus basis pemajakan.

Baca Juga:
Realisasi Restitusi Pajak Tumbuh 96,72 Persen pada Kuartal I/2024

Soal Pencantuman NIK pada Faktur Pajak, Ini Kata DJP
Ketentuan pencantuman nomor induk kependudukan (NIK) pembeli dalam faktur pajak dinilai akan memberikan kemudahan, terutama untuk pengusaha kena pajak (PKP).

DJP memberikan contoh kasus. Misal, pembeli barang kena pajak (BKP) atau jasa kena pajak (JKP) tidak ingat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Untuk mengatasi hal itu, PKP bisa mencantumkan NIK pembeli pada faktur pajak.

Seperti diketahui, Pasal 13 ayat (5) huruf b UU PPN pada UU 11/2020 mengatur faktur pajak harus mencantumkan keterangan tentang penyerahan BKP/JKP dengan memuat nama, alamat, dan NPWP ataupun NIK. Bila pembeli BKP/JKP adalah subjek pajak luar negeri (SPLN) orang pribadi, faktur pajak harus mencantumkan nomor paspor.

Baca Juga:
Bakal Tunjuk Wajib Pajak, DJP Uji Coba Kedua Penyampaian Lapkeu XBRL

Pada pasal yang sama sebelum direvisi melalui UU 11/2020, faktur pajak harus mencantumkan nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau JKP. Tidak ada ruang untuk mencantumkan NIK pada UU PPN sebelum revisi melalui UU 11/2020.

Pengecualian Objek PPh, Instrumen Investasi atas Dividen Masih Dikaji
Pemerintah masih mematangkan ketentuan terkait dengan instrumen yang menjadi wadah investasi agar dividen dapat dikecualikan dari objek pajak penghasilan (PPh).

DJP menyebutkan pemerintah saat ini tengah mempertimbangkan jenis instrumen investasi tersebut, baik pada sektor riil maupun sektor keuangan.

Baca Juga:
NPWP OP Kepala Keluarga Belum Valid di SAKTI/SPAN? DJP Ungkap Ini

Sesuai dengan ketentuan Pasal 4 ayat (3) huruf f UU KUP, sebagaimana telah diubah dengan UU Cipta Kerja, pengecualian berlaku untuk dividen yang berasal dari dalam negeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi (sepanjang diinvestasikan di Indonesia dalam jangka waktu tertentu) dan/atau wajib pajak badan dalam negeri.

Selain itu, pengecualian berlaku untuk dividen yang berasal dari luar negeri dan penghasilan setelah pajak dari suatu bentuk usaha tetap (BUT) di luar negeri. Dividen itu diterima atau diperoleh wajib pajak badan dalam negeri atau wajib pajak pribadi dalam negeri.

Pembayaran PPh Pasal 25 Lebih Awal, BPK Ingatkan Pembagian Tahun Pajak
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan adanya pembayaran PPh Pasal 25 untuk tahun pajak 2020 yang diakui sebagai penerimaan pada 2019.

Baca Juga:
Dapat ‘Surat Cinta’, Perwakilan WP Badan Ajukan Konsultasi dengan AR

Temuan ini tertuang dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Sistem Pengendalian Intern (SPI) Kementerian Keuangan Tahun 2019 yang dipublikasikan oleh BPK bersamaan dengan publikasi Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I/2020.

Berdasarkan pada hasil uji petik yang dilakukan BPK terhadap 20 kantor wilayah (Kanwil) Ditjen Pajak (DJP), ditemukan adanya peningkatan pembayaran PPh Pasal 25 dari 944 wajib pajak dari November ke Desember 2019. Total kenaikan mencapai 303,89%. (Bsi)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

21 November 2020 | 17:08 WIB

Menjadi suatu permasalahan lain ketika pemungutan PPN digital harus memiliki payung hukum yang lebih jelas sehingga jelas sanksi yang dikenakan apabila pemungut PPN tidak memungut PPN. Selain itu, proses pengawasan harus lebih diperhatikan dengan baik

ARTIKEL TERKAIT
Kamis, 02 Mei 2024 | 15:08 WIB DITJEN PAJAK

Dirjen Pajak: Kami Tidak Akan Ambil yang Bukan Hak Negara

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Link Aktivasi Ereg Tak Diterima dalam 24 Jam, Harus Pakai Email Lain

Kamis, 02 Mei 2024 | 09:00 WIB BERITA PAJAK HARI INI

DJP: Pengembalian Pembayaran Pajak Hingga Maret 2024 Rp83,51 triliun

BERITA PILIHAN
Kamis, 02 Mei 2024 | 15:08 WIB DITJEN PAJAK

Dirjen Pajak: Kami Tidak Akan Ambil yang Bukan Hak Negara

Kamis, 02 Mei 2024 | 14:30 WIB KONSENSUS PAJAK GLOBAL

Empat Menteri Negara G20 Dukung Penerapan Pajak Kekayaan Global

Kamis, 02 Mei 2024 | 14:00 WIB KOTA SEMARANG

Diskon PBB 10 Persen Diperpanjang 5 Hari! Berakhir 5 Mei 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Link Aktivasi Ereg Tak Diterima dalam 24 Jam, Harus Pakai Email Lain

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:15 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Profil DJP Online Berstatus Kepala Keluarga Padahal Bukan, Bagaimana?

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:13 WIB LAPORAN KEUANGAN

Pembukuan Akuntansi Sederhana, Pelaku UKM Bisa Pakai Ini

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Proses Aksesi OECD, Pemerintah Indonesia Mulai Penilaian Mandiri

Kamis, 02 Mei 2024 | 12:00 WIB INFLASI TAHUNAN

Inflasi Turun Jadi 3 Persen pada April 2024, Ini Kata BPS