PMK 168/2023

Penghitungan PPh 21 Bukan Pegawai Tidak Lagi Kumulatif, Apa Dampaknya?

Muhamad Wildan | Jumat, 26 Januari 2024 | 16:00 WIB
Penghitungan PPh 21 Bukan Pegawai Tidak Lagi Kumulatif, Apa Dampaknya?

Penyuluh Ahli Madya DJP Dian Anggraeni dalam Sosialisasi PP 58/2023 dan PMK 168/2023 yang digelar oleh DJP.

JAKARTA, DDTCNews - PPh Pasal 21 yang tidak lagi dihitung secara kumulatif sejak berlakunya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 168/2023 diproyeksikan menimbulkan kurang bayar yang lebih tinggi dalam SPT Tahunan wajib pajak bukan pegawai.

Penyuluh Ahli Madya DJP Dian Anggraeni mengatakan kurang bayar yang relatif tinggi tersebut hanya akan terjadi pada tahun pertama ini saja. Tahun berikutnya, rendahnya PPh Pasal 21 yang dipotong akan terkompensasi dengan penyesuaian angsuran PPh Pasal 25.

"Secara matematis memang beban besarnya itu di tahun pertama ini saja karena di tahun kemudian akan shifting saja. Pemotongan PPh Pasal 21 yang menjadi lebih kecil itu akan berpindah ke PPh Pasal 25-nya," katanya, dikutip pada Jumat (26/1/2024).

Baca Juga:
Periode Lapor SPT Selesai, KPP Bisa Memulai Penelitian Komprehensif

Mengingat PPh Pasal 21 bagi bukan pegawai tidak lagi dihitung secara kumulatif, tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh yang dikenakan oleh pemotong PPh Pasal 21 atas bukan pegawai akan ditentukan sepenuhnya berdasarkan besaran penghasilan bruto pada saat terutangnya PPh Pasal 21.

Apabila transaksinya tidak besar, wajib pajak bukan pegawai kemungkinan besar akan selalu dikenai pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif 5% meski penghasilannya tersebut sudah masuk lapisan tarif 15% atau lebih.

"Wajib pajak bukan pegawai yang menerima penghasilan di bawah Rp120 juta selama sebulan, tarif pemotongannya tidak akan bergerak dari 5%. Practically, sebagian besar kita akan berkutat pada tarif 5%. Akibatnya di SPT Tahunan bukan pegawai ketika dijumlah akan sangat mungkin tarif Pasal 17 yang digunakan bergeser ke 15%," tutur Dian.

Baca Juga:
Apa Itu Wilayah Pengembangan Industri dalam Konteks Perpajakan?

Dalam ketentuan sebelumnya, wajib pajak bukan pegawai dikenai PPh Pasal 21 secara kumulatif jika menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan. Dalam PMK 168/2023, ketentuan tersebut telah dihapus.

Seiring dengan berlakunya PMK 168/2023, PPh Pasal 21 bagi bukan pegawai dihitung hanya dengan mengalikan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh dengan 50% dari jumlah penghasilan bruto. PMK 168/2023 berlaku mulai tahun ini. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 01 Mei 2024 | 13:00 WIB KELAS PPH PASAL 21 (4)

Memahami Pengurang Penghasilan dalam PPh Pasal 21

Rabu, 01 Mei 2024 | 12:00 WIB KOTA BANJARBARU

Pemkot Patok Tarif 40% Pajak Jasa Hiburan Karaoke dan Spa

BERITA PILIHAN
Rabu, 01 Mei 2024 | 15:45 WIB DDTC - SMA 8 YOGYAKARTA

Peringati Hardiknas, SMAN 8 Yogyakarta Gelar Webinar Gratis!

Rabu, 01 Mei 2024 | 13:00 WIB KELAS PPH PASAL 21 (4)

Memahami Pengurang Penghasilan dalam PPh Pasal 21

Rabu, 01 Mei 2024 | 12:00 WIB KOTA BANJARBARU

Pemkot Patok Tarif 40% Pajak Jasa Hiburan Karaoke dan Spa

Rabu, 01 Mei 2024 | 11:30 WIB PAJAK PENGHASILAN

Begini Cara Hitung Angsuran PPh Pasal 25 BUMN dan BUMD

Rabu, 01 Mei 2024 | 10:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Kriteria-Perbedaan Barang Kiriman Hasil Perdagangan dan Nonperdagangan

Rabu, 01 Mei 2024 | 09:33 WIB KURS PAJAK 01 MEI 2024 - 07 MEI 2024

Berjalan Sebulan Lebih, Kurs Pajak Berlanjut Melemah terhadap Dolar AS