Materi presentasi Menkeu Sri Mulyani.
JAKARTA, DDTCNews - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan APBN memulih secara signifikan bila dibandingkan dengan postur pada tahun pertama pandemi Covid-19.
Pada tahun depan, pendapatan negara diusulkan mencapai Rp2.781,3 triliun, naik Rp1.133,5 triliun bila dibandingkan dengan pendapatan negara pada 2020 yang hanya senilai Rp1.647,8 triliun.
"Kenaikan ini berdasarkan pada pemulihan ekonomi yang menimbulkan pendapatan negara yang kita gunakan lagi untuk membiayai belanja pembangunan," ujar Sri Mulyani, Kamis (17/8/2023).
Meski pendapatan negara meningkat lebih dari Rp1.000 triliun, belanja negara pada tahun depan ditargetkan naik Rp708,7 triliun bila dibandingkan dengan belanja pada 2020. Pemerintah mengusulkan belanja pada RAPBN 2024 senilai Rp3.304,1 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada 2020 senilai Rp2.595,5 triliun.
Dengan pendapatan yang mampu naik lebih tinggi dibandingkan belanja, pemerintah mampu menurunkan defisit anggaran secara signifikan. Defisit anggaran bakal turun dari Rp947,7 triliun pada 2020 menjadi Rp522,8 triliun pada 2024. Defisit turun senilai Rp424,9 triliun.
"Jadi growth tetap 5% saat dunia terguncang-guncang, saat harga komoditas mengalami volatilitas, inflasi tinggi, dan suku bunga melonjak. Namun, kita tetap menjaga growth dan APBN-nya makin sehat. Itu kombinasi yang sangat langka," ujar Sri Mulyani.
Adapun pembiayaan anggaran pada tahun depan ditargetkan mencapai Rp522,8 triliun, turun Rp670,5 triliun bila dibandingkan dengan pembiayaan pada 2020 yang senilai Rp1.193,3 triliun.
"Pembiayaan akan kita lakukan secara hati-hati mengingat environment dari globalnya akan makin tidak predictable," ujar Sri Mulyani.
Terakhir, defisit keseimbangan primer bakal menurun tajam dari Rp633,6 triliun pada 2020 menjadi hanya senilai Rp25,5 triliun pada tahun depan. "Ini konsolidasi yang sangat cepat dan tidak banyak negara bisa melakukan dalam waktu yang sangat singkat," ujar Sri Mulyani. (sap)