Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto
JAKARTA, DDTCNews -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berencana untuk memberikan tax allowance hingga 300% kepada sektor industri pembangun pusat inovasi nasional. Namun sejauh ini rencana pemberian insentif pajak itu masih digodok di Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengakui telah mengajukan pemberian insentif fiskal bagi industri yang mengembangkan pendidikan vokasi dan pusat inovasi. Menurutnya berdasarkan Ease of Doing Business (EoDB), faktor tertinggi yang akan membuat perusahaan harus dipermudah adalah dari segi hukum dan perpajakannya.
"Industri yang membangun pusat inovasi akan mendapatkan insentif pajak sebesar 300%. Sementara untuk industri yang melaksanakan program vokasi akan mendapat insentif pajak sebesar 200%. Ibu Menkeu menyambut positif terhadap insentif ini untuk mendorong perekonomian di Indonesia," ujarnya di Kemenperin Jakarta, Jumat (8/12).
Adapun, perkembangan sektor padat karya yang berorientasi ekspor seperti industri alas kaki, tekstil dan produk tekstil, makanan dan minuman, furnitur kayu dan rotan, serta industri kreatif juga direncanakan akan mendapatkan insentif pajak berupa pemotongan PPh untuk reinvestasi.
"Tax allowance yang akan diberikan untuk sektor padat karya itu dihitung berdasarkan kepada jumlah tenaga kerjanya. Kalau mereka mempekerjakan sebanyak 1.000, 3.000 atau di atas 5.000 tenaga kerja itu akan diberikan skema tax allowance-nya masing-masing. Kami sedang bahas rencana ini dengan Kemenkeu," paparnya.
Rencana pemberian tax allowance merupakan komitmen pemerintah dan pelaku usaha dalam mewujudkan pembangunan industri nasional yang berkelanjutan. Sebab, sektor manufaktur secara konsisten memberi kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Airlangga menjelaskan industri juga memberikan multiplier effect melalui peningkatan nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa. Dengan demikian pemberian insentif menjadi strategi pemerintah bersama pengusaha untuk menjamin keberlangsungan industri pada masa depan.
Selain itu, Badan Pusat Statistik mencatat industri pengolahan non-migas masih memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB Nasional pada kuartal III tahun 2017 mencapai 17,76% apabila dibandingkan dengan sektor lainnya.
Terlebih, pertumbuhan industri pengolahan non-migas pada kuartal III tahun 2017 pun mencapai sebesar 5,49%, lebih besar dari pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya berkisar 5,06%.